Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Monday 7 September 2015

Materi Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam

No comments
KONSEP KEPRIBADIAN DALAM ISLAM

Sasaran Pembelajaran 
Setelah mempelajari pembahasan ini mahasiswa dapat :
  1. Berpikir dan bersikap sesuai dengan aliran teologis yang dapat menunjang perkembangan IPTEK dan peningkatan etos kerja;
  2. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian ilmiah, sehingga dapat memantapkan iman;
  3. Bersikap dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman;
  4. Bersifat dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman;
  5. Mengimplementasikan iman dengan ibadah dan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari;
  6. Menerangkan peranan iman dan takwa, sehingga meyakini benar perlunya beriman dan bertakwa.
Daftar Istilah Penting
  •  Filsafat Ketuhanan : Analisis logis tentang Tuhan
  • Ibadah Mahdhah : Ibadah yang sudah ditentukan macam,cara, waktu dan bacaannya.
  • Karakter Islam : watak/sifat/tabiat Islam
  • Pola pikir teologis : Pola pikir berkenaan dengan ilmu ketuhanan.
  • Bersifat Azali : wujud yang terbentuk secara abadi tanpa adanya permulaan.
FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM

      Filsafat adalah pengetahuan tentang yang benar ( knowledge of truth ). Dalam hal ini terdapat persamaan filsafat dan agama. Tujuan agama adalah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik. Yang Benar Pertama ( alhaqqul awwalu = the First Truth ) menurut al-Kindi adalah Tuhan. Filsafat yang paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan,sebagaimana dinyatakan al-Kindi :'' Filsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu ilmu tentang Yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar ( Harun Nasution, 1978:5)
     Sesuai dengan paham dalam Islam, menurut al-Kindi Tuhan adalah Pencipta. Menurut al-Kindi, alam bukan kekal di zaman lampau ( qadim )  tetapi mempunyai permulaan. Dalam hal ini al-Kindi lebih dekat pada filsafat Plotinus, yang menyatakan bahwa Yang Maha Satu adalah Sumber dari alam dan sumber dari segala yang ada. Alam adalah emanasi dari Yang Maha Satu ( Harun Nasution 1978:16 )
      Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasinya yang pelik, menjdi bukti adanya sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu ''Akal'' yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya ''ada'' dan percaya pula bahwa alam ini ''ada''. Dengan dasar itu dan dengna kepercayaan inilah dilakukan berbagai kegiatan ilmiah.
       Jika percayya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan : Percaya adanya makhluk, ettapi menolak adanya Khalik adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya , pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu, bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa Pencipta ?
       Pemikiran terhadap Allah melahirkan adanya Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin dikalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad Saw. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat diantara keduanya. Sebab timbulnya aliran tesebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Qur'an dan Hadist. Sebagian umat memahami dengan pendekatan kontekstual, sehingga lahir aliran yang bersifat liberal. Sebagian umat Islam memahami dengan pendekatan tekstual, sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedangkan sebagian umat Islam yang lain memmahami dengan pendekatan antara kontekstual dengan tekstual , sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam.
   Oleh karena itu, ada 3 ( tiga) potensi dasar manusia yaitu : aqal, hati dan hawa nafsu.
sebagaimana dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 190  yang artinya :
 '' Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal '' .
   Potensi dasar manusia tesebut merupakan satu kesatuan yang dapat diketahui melalui gambar di atas.
Keimanan dan Ketakwaan
      Dalam Al-Qur'an terdapat sejumlah ayat yang redaksionalnya terdapat kata iman, di antaranya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 165.
Artinya : '' Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa ( pada hari kiamat ) , bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ( niscaya mmereka menyesal ) '' .
        Berdasarkan teks ayat tersebut dapat diketahui bahwa iman adalah identik dengan asyaddu hubban lillah. Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan yang luar biasa terhadap Allah. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap atau attitude, yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut Allah kepadanya.
          Kata takwa berasal dari waqa, yagi, wiqayah, yang berarti takut , menjadi, memelihara, dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten atau istiqamah ( Depag,1999:157-158 ). Dalam surah Al-Baqarah ayat 177 :
Artinya : '' bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan , akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang diciptakannya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir ( yang memerlukan pertolongan ) dan orang-orang yang meminta-minta; dan ( memerdekakan ) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikann zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang savar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka itulah orang-orang yang benar (imannya): dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa''.
         Ayat di atas menjelaskan karakteristik orang-orang yang bertakwa, yang secara umum yang dapat dikelompok dalam 5 indikator ketakwaan yaitu :
  1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi. Indikator ketakwaan yang pertama adalah memelihara fitrah imam.
  2. Mengeluarkan harta yang diciintai kepada kerabat, anak yatim,orang-orang miskin,orang-orang yang terputus diperjalanan, orang-orang yang meminta-minta dana, dan orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator takwa yang kedua adalah mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
  3. Mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Indikator takwa ketiga adalah memelihara ibadah formal.
  4. Menepapti janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
  5. Sabar di saat kepayahan, kesusahan, dan di waktu perang atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.
 Implementasi Iman dan Takwa 
 
        Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Allah, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakkan orang itu sudah bertauhid secara sempurna.
      Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari.Dengan kata lain, harus ada  kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.
         Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan serta teks dan konteks. Dengan demikian , tauhid adalah mengesakkan Allah dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pemikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu, seseorang baru dinyatakan beriman dan bertaqwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyadu allaa ilaaha illaa Allah (  Aku bersaksi bahwa ttidak ada Tuhan selain Allah ), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya.

No comments :

Post a Comment