"TANTANGAN TERBESAR"
Tiada tantangan yang lebih besar bagi kita melainkan apa yang ada dalam diri kita sendiri. kejahatan yang dilakukan oleh sekeliling kita tak akan berpengaruh sedikit pun bila kita telah mampu mengendalikan diri sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tak akan bisa pula menjamin bahwa diri kita menjadi baik juga, bila tak memiliki pengendalian diri yang baik. Orang bijak berkata" musuh terbesarmu ialah apa yang ada dalam dirimu sendiri". Itulah mengapa kita perlu mengawasi apa yang ada dalam diri kita.
Banyak orang yang terjerumus ke dalam pergaulan yang salah, bukan karena lingkungannya yang salah. Tetapi, ia yang lebih condoong pada perkawanan yang salah. Sehingga terjebaklah ia di dalam pergaulan yang salah. Rokok, Narkoba, Khamr, semuanya digauli. Tetapi, para ulama dia jauhi.
Kita kini dihdapkan para era globalisasi. Semua yang terjadi di Timur dapat diketahui di Barat dalam sekejap. Peristiwa yang heboh di Inggris dapat diketahui oleh orang di Indonesia hanya dengan menatap layar telepon pintar. Jari jemari bisa membuka berbagai macam cakrawala di dunia maya. Pengendalian terbesarnya ialah diri sendiri.
Terciptanya berbagai macam kemudahan dalam berteknologi ialah ujian baru bagi kita di masa ini. Kendali diri haruslah kuat. Banyak kabar burung yang hanya berdasarkan desas-desus belaka. Ada pula gambar-gambar yang diubah sedemikian rupa. Semuanya berseliweran silih berganti dalam waktu yang cepat. Bila tak mampu menahan diri, kita akan terjerumus dalam dosa "penebar kabar sesat".
Bila kita mengikuti kesesatan itu, pertanda bahwa kita kalah dalam pengendalian diri. Kita perlu bercermin pada pengendalian diri Rasulullah. Kehidupan Rasulullah berada di tengah-tengah masyarakat yang jahil, bodoh. Disembah patung yang bergerak pun tak mampu. Berpesta siang malam untuk melakukan persoalan dunia. Berdagang dengan mengurangi timbangan untuk keuntungan sesaat. Masyarakat itu gelap karena tak ada cahaya kebaikan atas mereka. Namun, perhatikanlah, apakah Rasulullah dengan mudahnya ikut dengan masyarakat sesat itu? Tidak! Rasulullah tetap tegak untuk menjdi manusia yang benar sekalipun semua orang memusuhinya.
Pengendalian diri ialah hal yang terpenting bagi kita saat ini. Bila masyarakat kacau oleh bobroknya moral, kita tak perlu ikut kacau sebagaimana masyarakat itu. Tetaplah menjadi baik, sekalipun dunia ini bukan tempat yang terbaik.
Mengendalikan diri harus melalui tiga tahap dimuka. Pertama, penyucian jiwa. Jiwa yang suci dapat kotor oleh dosa yang diperbuat. Berzikir ialah cara terbaik untuk menyucikannya. Penyucian diri ini menjadi penitng, karena ia alah kunci menuju hidup yang bermartabat. Jiwa kita harus disucikan dari kotoran-kororan yang menghalangi kepada Tauhid. Jiwa yang suci ialah jiwa yang telah mampu bertauhid dengan lurus dan terbebas dari belenggu tuhan-tuhan dunia.
Kedua, pembersihan hati. Hati yang bersih ialah kunci menuju penerimaan terhadap kebenaran. Orang-orang yang tak mampu menerima kebenaran ialah orang yang hatinya masih dikotori oleh noda-noda keangkuhan. Ia tak mau menerima kebenaran bukan karena ia telah benar, melainkan ia terlalu bangga dengan kebohongan yang ia anggap benar. Nasihat adalah obat bagi hati yang kotor. Nasihat akan melerai noda-noda itu agar ia angkat kaki dari hati. Bila hati telah bersih, ia akan mampu menegakkan diri dalam kebenaran.
Ketiga, penjernihan pikiran. Berpikir ialah tanda hidupnya seorang manusia. Dengan berpikir, ia telah menggunakan akan untuk mengasah budi. Orang yang senantiasa berpikir, ia akan mampu memilih jalan yang akan ditempuh. Pikiran yang jernih akan mampu menetapkan diri untuk teguh di atas jalan kebenaran. Kalutnya pikiran disebabkab ketidakmampuan mengenyahkan paham-paham yang berseliweran. Cara terbaik ialah banyak membaca kalam Ilahi dan buku para alim ulama akan terjernihkan dari pemikiran orang-orang yang junud dan ahli dunia. sebab, bila pikiran terlah terjenihkan, ia akan menetapkan dunia hanya sebgai jalan menuju hari kemudian.
Terakhir, bila jiwa telah disucikan, hati telah dibersihkan dan pikiran telah dijernihkan , ialah kita mampu memperbaiki tindakan. Jiwa, hati, dan pikiran adalah hal-hal yang tak mampu dijangkau oleh indra manusia. Tindakanlah yang menjaid cerminan bagi berhasilnya tida tahapan yang sebelumnya. Tindakan yang baik itu akan terlihat bagaimana ia bertutur, memperlakukan orang lain, dan raut wajah dalam keseharian. Tindakan patut, ia tak akan mau menzalimi orang lain, karena memang ia pun tak mau dizalimi oleh orang lain.
Demikian, untaian-untaian hikmah dan nasihat yang telah kami sampaikan. Sekiranya ia dapat mampu menjadi jawaban atas tantangan terbesar kita, yakni nafsu syahwat dalam diri kita sendiri. Apabila nafsu itu telah dikendalikan, dapatlah ia dikatakan manusia yang berhasil mengendalikan diri. Hidupnya akan baik, pergaulannya akan baik. Semoga kita bisa memperbaiki kualitas diri kita.
Sumber bacaan : "Nasehat untuk kita" Oleh : Farhan Abdul Majiid. halaman: 180-183
Wallahu a'lam...
No comments :
Post a Comment