Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Friday, 2 November 2018

MAKALAH SEJARAH TENTANG DARI KONFLIK MENUJU KONSENSUS SUATU PEMBELAJARAN

1 comment

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, karena atas rahmat dan inayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan kami membuat makalah ini adalah agar memahami pendidikan tentang “Dari Konflik Menuju Konsensus Suatu Pembelajaran”. Dengan semangat kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini tidak mungkin terlaksana dengan baik, tanpa adanya tekad, niat dan bantuan dari guru pembiming. 

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para guru SMAN 1 KENDARI atas support yang diberikan kepada kami, sehingga dengan semangat tugas dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna oleh karena itu dengan kerendahan hati, kami mohon semua pihak pembaca dan guru pembimbing berkenan memberikan saran dan kritik sebagai bahan penyempurna makalah ini.


                                                                                       KENDARI, Agustus 2017




 

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B.  Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C.  Tujuan Pembahasan Masalah .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Integrasi untuk Bangsa ............................................................................... 2
2.2  Teladan TokohPersatuan .............................................................................................. 2
2.3 Wujud Integrasi Melalui Seni dan Sastra ...................................................................... 4
2.4 Tokoh Perempuan Pejuang ............................................................................................ 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................................................ 6

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Salah satu guna sejarah adalah kegunaan edukatif. Maksudnya, dengan mempelajari sejarah maka orang dapat mengambil hikmah dari pengalaman yang pernah dilakukan masyarakat pada masa lampau, yang tentu saja dapat dikaitkan dengan masa sekarang. Keberhasilan di masa lampau akan dapat memberi pengalaman pada masa sekarang. Sebaliknya, kesalahan masyarakat di masa lalu akan menjadi pelajaran berharga yang harus diwaspadai di masa kini.

Sejarah dapat menjadi pembelajaran bagi kita, antara lain melalui berbagai hikmah yang terkandung didalamnya.    Dan dalam hal    pernah    terjadinya konflik dan    pergolakan  di Indonesia pada masa lalu, hikmah dari peristiwa tersebut tentu dapat dijadikan pembelajaran dalam memandang atau menghadapi berbagai ancaman potensi konflik yang terjadi pada masa sekarang.

B.  Rumusan Masalah
 
1.    Apa pentingnya integrasi bangsa ?
2.    Apasajakah  teladan yang kita ambil dari para tokoh persatuan ?
3.    Bagaimana wujud integrasi melalui seni dan sastra ?
4.    Siapakah yang menjadi tokoh perempuan pejuang ?

C.  Tujuan Pembahasan Masalah

1.    Untuk mengetahui pentingnya integrasi bangsa.
2.    Untuk mengetahui  teladan yang kita ambil dari para tokoh persatuan.
3.    Untuk mengetahui  wujud integrasi melalui seni dan sastra.
4.    Untuk mengetahui  tokoh perempuan pejuang.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pentingnya Integrasi untuk Bangsa

Integrasi merupakan penyatuan bagian-bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa. Integrasi Bangsa dapat memunculkan rasa kebersamaan, yang dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan nasib, kebutuhan, kondisi dan cita cita dari beberapa manusia. Perasaan yang sama menjadikan mereka tidak mudah untuk diadu domba dan terpecah belah, tetapi memunculkan semangat persatuan dan kesatuan serta semangat untuk berbuat demi kepentingan bersama. 

Oleh karna itu membangun integrasi nasionak itu sangat penting pada kehidupan bernegara guna mewujudkan cita cita, dan tujuan negara, juga untuk memelihara rasa kebersamaan. Pentingnya kesadaran terhadap integrasi bangsa dapat dihubungkan dengan masih terdapatnya potensi konflik di beberapa wilayah Indonesia pada masa kini yang dapat mengancam persatuan bangsa. Sejarah telah memberitahu kita bagaimana pemberontakan-pemberontakan yang pernah terjadi selama masa tahun 1948 hingga 1965 telah menewaskan banyak sekali korban manusia.

2.2.  Teladan yang Kita ambil dari Para Tokoh Persatuan

Tidak sembarangan orang memang dapat menyandang secara resmi gelar pahlawan nasional. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Salah satu diantaranya adalah tokoh tersebut telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lainnya untuk mencapai/merebut/mempertahankan/ mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Ada banyak tokoh pahlawan yang berjasa dalam mewujudkan integrasi bangsa salah satunya berasal dari wilayah paling timur Indonesia, Papua yaitu Frans Kaisiepo, Silas Papare dan Marthen Indey.

•    Frans Kaisiepo (1921-1979)

- Seorang tokoh yang mempopulerkan lagu Indonesia Raya di Papua saat menjelang Indonesia merdeka.

- Berperan dalam pendirian Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tanggal 10 Mei 1946.

- Menjadi anggota delegasi Papua dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan.

- Merancang pemberontakan rakyat Biak melawan pemerintah kolonial Belanda.

-  Kaisiepo berupaya agar Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) bisa dimenangkan oleh masyarakat yang ingin Papua bergabung ke Indonesia. Proses tersebut akhirnya menetapkan Papua menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.

•    Silas Papare (1918-1978)

-  Membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM)

-   mendirikan Partai Kemerdekaaan Irian.

-   Silas Papare bersama dengan teman-temannya membentuk Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta.

- Mewakili Irian Barat duduk sebagai anggota delegasi RI dalam Perundingan New York antara Indonesia-Belanda.

•    Marthen Indey (1912–1986)

- Adalah seorang anggota polisi Hindia Belanda sebelum Jepang masuk ke Indonesia.

- Sejak tahun 1946 ia menjadi Ketua Partai Indonesia Merdeka (PIM).

- Ia lalu memimpin sebuah aksi protes yang didukung delegasi 12 Kepala Suku terhadap keinginan Belanda yang ingin memisahkan Papua dari Indonesia.

- Tahun 1962 ia menyusun kekuatan gerilya sambil menunggu kedatangan tentara Indonesia yang akan diterjunkan ke Papua dalam rangka operasi Trikora.

- Ia berangkat ke New York untuk memperjuangkan masuknya Papua ke wilayah Indonesia, di PBB hingga akhirnya Papua (Irian) benar-benar menjadi bagian Republik Indonesia.

Keteladanan para tokoh pahlawan nasional Indonesia juga dapat kita lihat dalam bentuk pengorbanan jabatan dan materi dari mereka yang berstatus raja. Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Syarif Kasim II adalah dua tokoh nasional yang lebih mengedepankan keindonesiaan mereka terlebih dahulu daripada kekuasaan atas kerajaan sah yang mereka pimpin, tanpa menghitung untung rugi. Saat Indonesia merdeka, di Indonesia, masih ada kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Hebatnya, para penguasa kerajaan-kerajaan tersebut lebih memilih untuk meleburkan kerajaan mereka ke dalam negara Republik Indonesia. Hal ini bisa terjadi tak lain karena dalam diri para raja dan rakyat di daerah mereka telah tertanam dengan begitu kuat rasa kebangsaan Indonesia.

2.3.  Wujud Integrasi Melalui Seni dan Sastra
Selain tokoh-tokoh yang berkiprah dalam bidang politik dan perjuangan bersenjata, kita juga dapat mengambil hikmah keteladanan dari tokoh yang berjuang di bidang seni. Salah satu tokohnya yaitu Ismail Marzuki(1914 – 1958). Lahir di Jakarta, Ismail Marzuki memang berasal dari keluarga seniman, di usia 17 tahun ia berhasil mengarang lagu pertamanya, berjudul “O Sarinah”. Tahun 1936, Ismail Marzuki masuk perkumpulan musik Lief Java dan berkesempatan mengisi siaran musik di radio. Lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki sangat diwarnai oleh semangat kecintaannya terhadap tanah air. 

Latar belakang keluarga, pendidikan dan pergaulannyalah yang menanamkan perasaan senasib dan sepenanggungan terhadap penderitaan bangsanya. Ketika RRI dikuasai Belanda pada tahun 1947 misalnya, Ismail Marzuki yang sebelumnya aktif dalam orkes radio memutuskan keluar karena tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Ketika RRI kembali diambil alih republik, ia baru mau kembali bekerja di sana. 

Lagu-lagu Ismail Marzuki yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan yang menggugah rasa kecintaan terhadap tanah air dan bangsa, antara lain Rayuan Pulau Kelapa (1944), Halo-Halo Bandung (1946) yang diciptakan ketika terjadi peristiwa Bandung Lautan Api, Selendang Sutera (1946) yang diciptakan pada saat revolusi kemerdekaan untuk membangkitkan semangat juang pada waktu itu dan Sepasang Mata Bola (1946) yang menggambarkan harapan rakyat untuk merdeka. Meskipun    memiliki    fisik    yang tidak terlalu    sehat karena    memiliki penyakit TBC, Ismail Marzuki tetap bersemangat untuk terus berjuang melalui seni. Hal ini menunjukkan betapa rasa cinta pada tanah air begitu tertanam kuat dalam dirinya.

2.4.   Tokoh Perempuan Pejuang
Opu Daeng Risaju adalah seorang tokoh pejuang perempuan yang menjadi pelopor gerakan Partai Sarikat Islam yang menentang kolonialisme Belanda waktu itu. Nama kecil Opu Daeng Risaju adalah Famajjah. Ia dilahirkan di Palopo pada tahun 1880, dari hasil perkawinan antara Opu Daeng Mawellu dengan Muhammad Abdullah to Barengseng. Nama Opu menunjukkan gelar kebangsawanan di kerajaan Luwu. Ia rela menanggalkan gelar kebangsawanannya serta harus dijebloskan kedalam penjara selama 3 bulan oleh Belanda dan harus bercerai dengan suaminya yang tidak bisa menerima aktivitasnya.

Semangat perlawanannya untuk melihat rakyatnya keluar dari cengkraman penjajahan membuat dia rela mengorbankan dirinya. Opu Daeng Risaju aktif di organisasi Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII). Dia mengikuti kegiatan dan perkembangan PSII baik di daerahnya maupun di tingkat nasional. Opu Daeng Risaju banyak melakukan mobilisasi terhadap pemuda dan memberikan doktrin perjuangan kepada pemuda pada masa revolusi, untuk menolak NICA. 

Tindakan Opu Daeng Risaju ini membuat NICA resah dan berupaya untuk menangkapnya. Opu Daeng Risaju ditangkap dalam persembunyiannya. Kemudian ia dibawa ke Watampone dengan cara berjalan kaki sepanjang 40 km. 

Opu Daeng Risaju ditahan di penjara Bone dalam satu bulan tanpa diadili kemudian dipindahkan ke penjara Sengkang dan dari sini dibawa ke Bajo. Selama di penjara Opu Daeng mengalami penyiksaan yang kemudian berdampak pada pendengarannya, ia menjadi tuli seumur hidup. Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Opu Daeng Risaju pindah ke Pare-Pare mengikuti anaknya Haji Abdul Kadir Daud yang waktu itu bertugas di ParePare. Sejak tahun 1950 Opu Daeng Risaju tidak aktif lagi di PSII, ia hanya menjadi sesepuh dari organisasi itu. Pada tanggal 10 Februari 1964, Opu Daeng Risaju meninggal dunia. Beliau dimakamkan di pekuburan raja-raja Lokkoe di Palopo.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Beberapa peristiwa konflik yang terjadi pada masa kini, harus kita lihat sebagai potensi disintegrasi bangsa yang dapat merusak persatuan negeri. Maka ada baiknya bila kita belajar dari perjalanan sejarah nasional yang telah dialami bangsa kita, yang diwarnai dengan aneka proses konflik dengan segala akibat yang merugikan, baik jiwa, fisik, materi, psikis dan penderitaan rakyat. Bagaimanapun, salah satu manfaat mengingat sejarah adalah dapat memberi hikmah atau pelajaran bagi kehidupan mendatang. 

Selain dari peristiwa sejarah, kita dapat juga mengambil hikmah dan teladan dari para tokoh sejarah. Diantara mereka adalah para pahlawan nasional yang berjuang untuk persatuan bangsa dengan tidak hanya menggunakan senjata, tetapi juga melalui karya berupa seni, tulisan, musik, sastra atau ilmu pengetahuan.

B.  Saran

Berdasarkan atas apa yang kami tulis dalam karya tulis dalam sebuah makalah yang berjudul “Dari Konflik Menuju Konsensus Suatu Pembelajaran ” ini kami selaku penulis berharap memberi pemahaman bagi segenap pembaca sehingga dapat menambah wawasan bagi para pembaca terlebih lagi pada penulis sendiri.

Hanya sampai disinilah kemampuan kami dalam membahas Dari Konflik Menuju Konsensus Suatu Pembelajaran, semoga karya tulis ini memberikan manfaat pada penulis dan para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA


https://operatordikdasmen.blogspot.com/

https://sansigner.wordpress.com/tag/konflik-dan-konsensus/

https://www.divapendidikan.com/

https://prezi.com/fn8s9t8vuxet/dari-konflik-menuju-konsensus-suatu-pembelajaran/

https://indonesiatnhair.blogspot.com/2016/08/perjuangan-menghadapi-ancaman

SUMBER :

Tugas Sekolah Kelompok 2:

Nur Fadillah
Afifah Uswatun H.
Putri Aprilia Franola
Ananda Syafana
Laode Muh. Yakin
Muh. Syifawan
Pengayoman Gusti
Al Fayedh
Muh. Aksan Ramadhan
Andika
Muh. Alfian Rozaq
Dimas Yauri

SMAN 1 KENDARI


Wallahu  a'lam...


1 comment :

  1. terima kasih atas makalah yang sudah dibuat. Ini sangat membantu saya dalam membuat rangkuman tentang materi ini.

    ReplyDelete