Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Sunday 30 December 2018

TAHUKAH KAMU METODE BELAJAR DAN MEMAHAMI AQIDAH DENGAN BENAR ??

No comments

Pernah ngak sih sobat bertanya - tanya aqidah yang benar itu seperti apa? Trus gimana sih cara mengkaji dan memahami aqidah dengan benar?

Nah.. sekarang kita harus tahu dulu nih  apa sih aqidah itu?

Aqidah/ tauhid adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, terlebih untuk kaum muslimin. Keutamaannya adalah mengetahui tujuan penciptamaan manusia dan jin, para Rasul tidak diutus oleh Allah melainkan untuk mendakwakan aqidah yang benar, dan hanya dengan aqidah yang benarlah kebahagian dunia akhirat akan diraih.

So sudah seharusnya kan, kita sebagai seorang muslim harus memperhatikannya dengan penuh perhatian dibanding yang lain.

Nah... agar aqidah terjamin kebenaran dan kemurniannya, hendaknya ketika mengambil dan mengkaji dan memahami menggunakan metode/kaidah dibawah ini :

1. Sumber aqidah yang benar adalah Al-Qur’an dan sunnah yang shahih (seluruh perawi dapat diterima), serta ijmak para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

“Tentang sesuatu pun apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah”. (QS. Asy-Syura:10)

“Apapun yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”. (QS.Al-Hasyr:7)

“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan justru menikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka Kami akan membiarkannya leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahanam, dam Jahanam itu tempat kembali yang terburuk”. (QS. An-Nisa:115)

Nah.. ketiga pokok di atas akan menjadi sumber aqidah yang benar bilamana disertai dengan rasa pengagungan dan ketundukan mutlak terhadap nash-nash   yang terkandung didalamnya.

2.    Setiap hadist yang shahih wajib diterima dan diamalkan. 

Karena hadist shahih memiliki kedudukan yang sama dengan Al-Qur’an, hal ini telah ditegaskan oleh Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :

“Ingatlah, sesungguhnya aku telah diberi Al-Qur’an dan yang semisalnya (hadist) bersamanya”. (HR. Ahmad, shahih)

Oleh karenanya itu, hadist shahih adalah sumber aqidah setelah Al-Qur’an, selain itu juga berfungsi sebagai penjelas untuk Al-Qur’an. 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

“Dan kami turunkan kepadamu adz-dzikir (sunnah) agar kamu menjelaskan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka, dan agar mereka berpikir”
. (QS. An-Nahl:44).

Ketika Al-Qur’an menyebutkan sebuah perkara secara umum, maka penjelasan dan perinciannya ada dalam sunnah (hadits) yang shahih. Adapun hadist yang lemah (dha’if), maka tidak bisa menjadi sumber dalam aqidah dan perkara agama secara umum.

3.  Memahami ayat dan hadist shahih tentang aqidah dengan benar .

yaitu dengan tidak mengubah makna ayat atau hadist dari makna lahirnya, dan bila makna lahirnya tidak jelas, maka sebaiknya merujuk kepada ayat lain, hadist lain, atau pemahaman para salafus shalih (sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) serta para ulama yang mengikuti jejak mereka dalam masalah aqidah.

Imam Syafif’i berkata, “Al-Qur’an tidaklah diturunkan kecuali dengan bahasa Arab, karenanya orang yang tidak memahami luasnya bahasa Arab, maka ia tidak akan mampu menjelaskan ilmu yang terkandung di dalam kalimat-kalimat al-Qur’an dengan banyak ragamnya. Orang yang menguasai bahasa Arab tidak akan merasakan kesamaran yang dialami oleh orang yang tidak memahami bahasa Arab.”

Selain ketiga kaidah diatas,  kaidah dibawah ini juga penting untuk diperhatikan :

1.  Segala hal yang berkaitan dengan aqidah telah dijelaskan oleh al-Qur’an dan sunnah.

2. Berserah diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wata’ala dan RasulNya, serta tidak menyanggah al-Qur’an atau hadist dengan alasan qiyas, perasaan atau pendapat ulama.

3. Akal yang sehat pasti sesuai dengan al-Qur’an dam sunnah yang shahih.

4. Jauhi debat kusir dalam masalah agama, karena debat kusir dalam agama sangat tercela, apalagi dalam perkara-perkara yang tidak diketahui. Bila harus berdebat maka berdebat dengan cara yang baik, serta menahan diri dari perkara-perkara yang tidak diketahui hakikatnya, yaitu dengan cara menyerahkannya kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Nah.. metode-metode diatas bila digunakan secara baik, maka akan sangat membantu kita dalam mencari dan mengkaji aqidah/tauhid yang benar sekaligus menjaga dari penyimpangan dan kesalahan. 

Wallahu a'lam..

Sumber : dirangkum dari buku "SERIAL DASAR-DASAR ISLAM Menjaga Aqidah, Beribadah sesuai Fiqih, dan Berhias dengan Akhlak". Oleh : Tim Ilmiah Indonesia Community Care Center. Hal:2-5.

No comments :

Post a Comment