Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Monday 11 April 2016

ILMU DALAM PANDANGAN ISLAM

No comments
A.    PENGERTIAN ILMU 

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab علم, masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Secara bahasa ilmu adalah lawan kata bodoh/jahl. Secara istilah ilmu berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkap secara sempurna segala hakikat yang dibutuhkan. Sedangkan menurut para ulama definisi ilmu di antaranya adalah:

1.      Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an.

ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Hal tersebut terbagi menjadi dua; pertama, mengetahui inti sesuatu itu dan kedua adalah menghukumi sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu yang tidak ada.

2.      Menurut Imam Muhammad bin Abdur Rauf Al-Munawi. 

ilmu adalah keyakinan yang kuat yang tetap dan sesuai dengan realita. Atau ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal. Adapun menurut syari’at ilmu adalah pengetahuan yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW dan diamalkan, baik berupa amal hati, amal lisan, maupun amal anggota badan.

Dalam pengertian syari’at, ilmu yang benar adalah yang diperoleh berdasarkan sumber yang benar yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang disebut juga ayat-ayat syar’iah; dan penelitian terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta yang disebut juga ayat-ayat kauniah, melahirkan rasa ketundukan kepada Allah, dan diamalkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 28:

Artinya: “ Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun”.

B.    CARA MEMPEROLEH ILMU

Ilmu pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan juga bermacam-macam jenis dan sifatnya. Ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, ada yang bersifat tidak tetap dan ada yang bersifat tetap, objektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan tergantung pada sumbernya dan dengan cara dan alat apa pengetahuan itu diperoleh. Kemudian, ada pengetahuan yang benar dan ada pengetahuan yang salah tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan yang benar.

Telah disebutkan di atas bahwa keinginan atau kemauan merupakan salah satu unsur kekuatan kejiwaan manusia. Keinginan merupakan bagian integral dari tri potensi kejiwaan : cipta/akal, rasa, dan karsa/kemauan/ keinginan. Ketiganya berada dalam suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Potensi karsa inilah yang menjadi dorongan rasa ingin tahu itu muncul dan berkembang. Dorongan ingin tahu manusia itu tidak terbatas. Manusia secara terus menerus ingin mengetahui apa saja sampai ia puas. Karena segala sesuatu yang terdapat pada kita akibat apa yang telah difikirkan, yakni berdasarkan fikiran kita dan dibentuk oleh fikiran kita. Lebih jauh lagi dorongan untuk melakukan sesuatu dengan kehendak fikiran diilhami oleh adanya dimensi rohani. Menurut al-Gazali dimensi rohani manusia mempunyai empat kekuatan :

1. Qalbu

Berarti segumpal daging yang bundar memanjang. Terletak di pinggir kiri dalam dada. Di dalamnya terdapat lubang-lubang. Lubang-lubang inilah di isi dengan dara hitam yang merupakan sumber dan tambang dari nyawa. Secara psikis. Qalbu berarti sesuatu yang halus, rohani berasal dari alam ketuhanan. Qalbu dalam pengetian kedua ini disebut hakekat manusia. Dialah yang merasa, mengetahui, dan mengenal serta yang diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya.

2. Ruh

Secara biologis ialah tubuh halus yang bersumber pada lubang qalb, yang tersebar kepada lubang tubuh dengan perantaraan urat-urat. Sedangkan pengertian kedua ialah sesuatu yang halus mengetahui dan merasa. 

3. Nafs

Kekuatan yang menghimpun sifat-sifat tercelah pada manusia, yang harus dilawan dan diperangi.

4. Akal
 
Pengetahuan segala hakekat segala keadaan. Akal itu ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati. Pengertian kedua ialah memperoleh pengetahuan itu dan itu adalah hati. 

Secara garis besar, dalam ilmu pengetahuan terdapat hubungan antara subyek dengan obyek kesadaran, antara ilmuan dan pengetahuan alam dengan batasan pengetahuan. Kondisi itu memberikan arti bagaimanakah cara memperoleh ilmu pengetahuan yang holistik dan cara empiris.

Disamping rasionalisme emperisme masih terdapat cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Yang penting kita ketahuai adalah Intuisi dan wahyu. Sampai sejauh ini pengetahuan yang didapatkan secara rasional maupun secara empiris, kedua-duanya merupakan induk produk dari sebuah rangkaian penalaran. 

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui peroses penalaran tertentu. Karena seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawabannya atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui peroses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja ia sudah sampai di situ. Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh para Nabi-nabi yang di utusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan, bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun mencakup masalah-masalah yang bersifat transendental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.
Dengan demikian Ilmu Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara yaitu:
1. Merupakan kegiatan aktif manusia untuk mencari kebenaran
a. Menggunakan pola pikir tertentu (penalaran, logika);
b. Tidak menggunakan pola berpikir tertentu (perasaan, intuisi)
2. Bukan merupakan kegiatan aktif manusia, tetapi sesuatu yang ditawarkan oleh wahyu.

C.     SUMBER ILMU
 
Ada beberapa sumber ilmu pengetahuan yang kita ketahui yaitu: kepercayaan yang berdasarkan tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan agama, kesaksian orang lain, panca indra/pengalaman, akal pikiran dan intuisi pemikiran. Akan tetapi pada hakekatnya sumber ilmu pengetahuan itu ada dua : Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah) dan Alam semesta. 

1. Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah)

Wahyu merupakan ayat-ayat Allah yang tersurat, berupa kalam atau firman-Nya yang datang melalui Rasulullah saw, kemudian dikenal dengan ayat kauliayah. Mengapa wahyu dijadikan sumber pengetahuan? Karena dalam Islam dapatlah dikatakan bahwa pedoman hidup seseorang muslim adalah al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya merupakan wahyu Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw, secara tegas Allah mengatakan bahwa al-Qur’an diturunkan untuk menjadi hudan lil muttaqin (petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa) atau hudan linnas (petunjuk bagi ummat manusia). Ia juga merupakan al-Bayyinah (Penjelas) segala sesuatu dan al-Furqan (pembeda) antara yang haq dan yang bathil. Petunjuk kejalan yang lurus.

2. Alam 

Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya merupakan ciptaan Allah SWT, termasuk segala peristiwa, fenomena, dan hukum-hukumnya. Yang selalu dikenal dengan sunnatullah fi al-Kaum (hukum alam). Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya, Allah peruntukkan kepada manusia. Manusia sesuai dengan kehadirannya di muka bumi sebagai khalifah, diberi wewenang dan hak untuk mengelolah dan memanfaatkannya, untuk kebahagian lahir dan bathin. Sebagaimana firman-Nya (QS. Lukman 20):

Artinya: :
“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan”. 

Kreativitas manusia dalam mengelolah alam semesta, akan melahirkan berbagai inovasi sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman dan pradaban. Variasi dari objek penilitian terhadap alam tersebut, akan melahirkan ilmu alam, ilmu eksakta (pasti) termasuk sains dan teknologi. Keberadaan ilmu-ilmu ini, lebih banyak mendekati kebenaran, dalam arti sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah, sebab yang dikaji adalah sunnatullah fil kaum yang bersifat tetap dan pasti.

Dengan demikian sudah dapat kita ketahui bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari dua sumber yaitu al-Qur’an dan Alam semesta. Berbeda halnya dengan pemikiran ala Barat yang mengandalkan hanya satu sumber, yakni alam atau universum, dan dalam memahaminya pun hanya mengandalkan kemampuan indra dan akal, yang jelas kemampuannya sangat terbatas. 

D.     TUJUAN ILMU

1.      Ilmu merupakan sarana dan alat untuk mengenal Allah SWT. (QS.Muhammad [48]: 19).

Artinya :” Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan ( yang patut disembah ) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu”.

2.      Ilmu akan menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.

3.      Ilmu merupakan syarat utama diterimanya seluruh amalan seorang hamba, maka orang yang beramal tanpa  ilmu akan tertolak seluruh amalannya. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “ Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah (ilmu)nya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim dari ‘Aisyah binti Abu Bakar).

KESIMPULAN :

Dalam pandangan Islam ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ilmu yang benar menurut syari’at Islam adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah serta tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini. Dalam Al-Qur’an maupun As-Sunah kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dan dihukumi wajib. Karena sesungguhnya ilmu merupakan syarat utama diterimanya suatu amalan.

Fungsi dan peran ilmu tiga di antaranya adalah sebagai sarana dan alat untuk mengenal Allah SWT, sebagai penunjuk jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan, sebagai syarat utama diterimanya amalan suatu hamba. Jadi, seorang ustad, kiyai atau profesor tidak dapat dikatakan sebagai seorang yang berilmu apabila tidak memiliki ciri-ciri berikut: memiliki rasa takut dan khasyyah yang tinggi kepada Allah SWT, selalu beramal sesuai ilmunya, menyebarkan ilmu yang dimilikinya dan tidak menyembunyikannya, tidak menjadikan ilmunya (ilmu agama) untuk mengeruk keuntungan dunia dengan cara yang diharamkan oleh agama, selalu mengikuti yang terbaik dari apa yang didapatkan dan selalu mencari yang paling mendekati kebenaran.


DAFTAR PUSTAKA
 
http://islamadalahrahmah.blogspot.co.id/2011/05/sumber-dan-cara-memperoleh-ilmu.html
( diakses pada Selasa, 22 Maret 2016, jam 21.05 )

http://masteralungsangpenaberbicara.blogspot.co.id/2014/04/ilmu-dalam-pandangan-islam-dan-cara.html ( diakses pada Selasa, 22 Maret 2016, jam 21.05 )

https://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/ ( diakses pada Selasa, 22 Maret 2016, jam 21.05 )



No comments :

Post a Comment