Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Tuesday 12 April 2016

MENGUBAH KESEPIAN MENJADI KEDAMAIAN

No comments
Ini merupakan pengalaman saya ketika membaca buku unik yang berjudul "Sadar, Penuh, Hadir, Utuh" yang ditulis oleh Adjie Silarus. "Buku yang sangat menarik, pikirku sejenak"... dilihat dari cover depan dan belakang, makna yang terkandung dari setiap goresannya membuat saya tergelitik dan semakin penasaran untuk membacanya...

Setiap lembaran-lembaran penuh makna, membekas menjadi penyemangat bagi saya, ada sesuatu motivasi dan pesan yang sangat bermanfaat yang saya dapatkan, untuk itulah saya ingin membagikan sebagian dari isi buku ini kepada teman-teman atau siapapun yang penasaran untuk Mengubah Kesepian Menjadi Kedamaian. karena cover dari buku ini mengijinkan untuk membagi maka saya tidak segan untuk membagi inspirasi dari buku ini.. :) Selamat membaca dan jangan lupa untuk membagikan makna yang terkandung dalam tulisan ini kepada siapapun .. 



"MENGUBAH KESEPIAN MENJADI KEDAMAIAN"


Pernahkan rasa sepi muncul ketika kamu sedang dikelilingi wajah-wajah yang sebetulnya akrab bagi keseharianmu?

Adakah kekosongan yang kamu rasakan di tengah tumpukan tugas dan aktivitas yang sedang kamu kerjakan?

Barangkali kamu pernah berpikir bahwa tidak ada seorangpun yang mampu memahami kamu dan merasa terkucil di antara ramainya kehidupan yang terus berjalan. Kesepian bisa menjadi salah satu pengalaman yang paling menakutkan bagi manusia.

Seiring bertambahnya usia, kesempatan kita untuk membangun relasi sosial yang baru akan menurun. Namun, kesepian bukan hanya milik para lansia. Bukan pula mutlak miik remaja yang ingin eksis di lingkungan sosialnya.

Kesepian tidak sama dengan kesendirian. Rasa sepi bisa muncul pada siapa saja yang merasa bahwa kebutuhan sosialnya yang paling mendasar akan dukungan dan penerimaan dari lingkungan tidak terpenuhi.

Otak kita bisa memiliki kecenderungan untuk mendeteksi persamaan dan perbedaan antara diri kita dengan orang lain. Tanpa ikatan sosial yang memadai, kita akan mempersepsi dunia sebagai tempat yang tidak aman bagi kita.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa rasa kesepian yang muncul akibat penolakan dari lingkungan sama hebatnya dengan sakit yang menimbulkan luka fisik, rasa haus dan rasa lapar. 

Tidaklah mengherankan bahwa kesepian dapat pula memicu meningkatnya kecemasan, amarah, stres, depresi, tekanan darah, obesitas, bahkan kematian.

Saat pikiran seseorang sedang dikuasai kesepian, kita bisa menampilakn perilaku yang malah mendorong orang lain untuk semakin menjauh dari kita. Kita mengumpat, mencela atau mengurung diri di dalam kamar.

Akibatnya jelas, rasa sepi semakin menjadi-jadi, seperti lingkaran setan yang sulit terputus. Sebagian dari kita mungkin mengonsumsi alkohol atau obat-obatan untuk membunuh sepi.

Sebaliknya, sebagian lain berusaha melawan kesepian dengan menyibukkan diri dalam berbagai aktivitas sosial seperti clubbing,arisan, dan pesta atau mengikuti kursus singkat tentang cara berkomunikasi yang efektif. Untuk sementara waktu, strategi semacam ini berangkali dapat membuat kita kembali merasa aman.

Akan tetapi, rasa sepi akan kembali menghantui selama kita masih menutup diri bahwa perasaan kesepian adalah fakta, dorongan alamiah agar kita terus mempunyai energi unutk bersosialisasi dengan sesama.

Disinilah kemudian diperlukan latihan mindfulness. kita belajar untuk tidak melawan rasa sepi yang kita rasakan. Kita belajar menyapa persaan kesepian dengan amat mendalam, dengan mengajaknya berkenalan, berkawan secara alamiah.

Kita melatih pikiran kita untuk menerima bahwa kesepian merupakan bagian yang tidak terpisah didalam kehidupan manusia.

Baru-baru ini, sebuah studi ilmiah di Pennsylvania, Amerika Serikat, melaporkan adanya penurunan elemen genetic inflammatory genes yang merupakan tanda biologis dari kesepian pada para lansia yang menjalani latihan mindfulness.

Elemen genetik tersebut sangat terkait dengan beragam seperti kanker, jantung, dan demensia. Ketika kita sudah bisa berkawan dengan rasa sepi secara benar, pada gilirabbta kita akan memiliki kemampuan untuk mengelolahnya,

Sepi tidak lagi berarti wajah ngeri yang menakutkan, tetapi dia kaan mengubah wujudnya dengan memberikan arti bahwa sepi membuat kita lebih berani. Berani untuk hidup.

Dikutip dari Buku " SADAR PENUH HADIR UTUH" oleh: Adjie Silarus.

Jadi, menurut saya cara mengubah kesepian menjadi damai adalah dengan berteman dengan kesepian itu sendiri, jangan pernah merasa hanya diri kita yang merasakan kesepian, karena banyak orang diluar saya yang lebih merasakan kesepian dari kita, intinya syukuri segalanya.. syukuri setiap rasa yang kita miliki, karena setiap rasa yang kita rasakan adalah pelajaran berharga untuk lebih menghargai diri sendiri, untuk lebih belajar menjadi pribadi yang semakin baik dari hari kehari.. :) tetap SEMANGAT dan JANGAN BERPIKIR UNTUK BERPUTUS ASA SEBELUM MELAKUKAN APA YANG INGIN KITA LAKUKAN..

No comments :

Post a Comment