Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Tuesday 13 September 2016

YUK!!!.... MENGENAL MANUSIA PURBA

1 comment
 MENGENAL MANUSIA PURBA 



Pernahkah kamu mendengar manusia purba tentang Situs Sangiran? Kini situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, tentu ini sangat membanggakan bangsa Indonesia. Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti belum berhasil menemukan peninggalan tersebut atau masih sedkit yang berhasil ditemukan.

Dibawah ini akan saya paparkan beberaa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat :

1. SANGIRAN

Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berda di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan Truma Simanjuntak, Sangiran menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari kala Pleistones yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat berkembanganya manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schelmulling situs iniu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah datang di Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada tahun 1934, Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald menemukan artefak litik di wilayahNgebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi situs Sangiran.

2. TRINIL, NGAWI, JAWA TIMUR

Sebelum penemuannya di Trinil, Eugene Dubois mengawali temuan Pithecantropus erectus di Desa Kedungbrubus, sebuah desa terpencil di daerah Pilangkeceng, Madiun, Jawa Timur. Desa itu berada tepat di tengah hutan jati di lereng selatan pengunungan Kendeng. Pada saat Dubois meneliti dua horizontal/lapisan berfosil di Kedungbrubus diteukan sebuah fragmen rahang yang pendek dan sangat kekar;dengan sebagian prageraham yang masih tersisa. Prageraham itu menunjukkan ciri gigi manusia bukan gigi kera, sehingga diyakini bahwa fragmen rahang bawah tersebut memiliki rahang hominid. Pithecantropus itu kemudian dikenal dengan Pithecantropus A.

Berdasarkan penelitian yang dilaukan oleh para ahli, dapatlah dirkontruksi beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman pra-aksara.

1. Jenis Megantrhopus

Jenis manusia purba ini terutama  berdasarkan penelitian von Koeningswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Jenis manusia purba ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap. Diperkirakan makanan jenis manusia purba ini adalah tumbuh-tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen awal.

2. Jenis Pithecanthropus

Jenis manusia ini didasarkan pad penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, di sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, diwilayah Ngawi.  Setelah dikontruksi terbentuk kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itu jenis ini dinamakan Pithecanthopus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak, jenis ini juga di temukan di Mojokerto, sehingga disebut Pithecnthropus Mojokertesis.

3. Jenis Homo

Fosil hasil Homo ini pertama diteliti oleh Von Reitschoten di wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulan sebagai jenis homo. ciri-ciri jenis manusia ini muka lebar, hidung dan mulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus.

Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo Sapiens dapat dikelompojjab sebagai berikut :

a. Manusia Wajak

Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu-satunya temuan di Indonesia yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir kala Pleistosen.

b. Manusia Liang Bua

Pengumuman tentang penemuan manusia Homo Floresiensis tahun 204 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia yang ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Autralia sebuah gua permikiman prasejarah di Flores.

3.  PERDEBATAN ANTARA PITHECANTHROPUS KE HOMO ERECTUS

Penemuan fosil-fosil Pithecanthropus oleh Dubois dihubungkan dengan teori evolusi manusia yang dituliskan oleh Charles Darwin. Harry Widiyanto menuliskan perdebatan seperti berikut. Penemuan fosil Pithecanthropus oleh Dubois yang dipublikasikan pada tahun 1894 dalam berbagai majalah ilmiah elahirkaan perdebatan. Dalam publikasinya itu Dubois menyatakan bahwa , menurut teori evolusi Darwin, Pithecanthropus erectus adalah peralihan kera ke manusia. Kera merupakan moyang manusia. Pernyataan Dubois itu kemudian menjadi perdebatan, apakah benar atap tengkorak dengan volume kecil, gigi-gigi berukuran besarm dan tulang paha yang berciri modern itu berasal dari satu individu? sementara berasal dari satu individu? Sementara orang menduga bahwa tengkorak tersebut merupakan tengkorak seekor gibon, gigi-gigi merupakan milik pongo sp., dan tulang pahanya yang milik manusia modern? Lima puluh tahun kemudian terbukti bahwa gigi-gig tersebut memang berasal dari gigi Pongo SP., dan berdasarkan ciri-ciri yang berukuran besar , akar gigi yang kuat dan terbuka, dentikulasi yang tidak individual, dan permukaan occulsal yang sangat bekerut-kerut.

 Perdebatan itu kemudian berlanjut hingga ke Eropa , ketika Dubois memresentasikan penemuan tersebut dalam seminar internasional zoologi pada tahun 1895 di Leiden, Belanda, dan dalam pameran publik British Zoology Society di London. Tahun 1920-an merupakan periode yang luar biasa lagi teori evolusi manusia. Teori itu terus menjadi perdebatan, para ahli paleontologi berbicara tentang ontogenesa dan heterokronis, Seorang teman Duboism Bolk melakukan formulasi teori Foetalisasi yang sangat terkenal. Seorang ahli biologi menyatakan bahwa standar zoologis tidak dimungkinkan memisahkan Pithecntropus erectus dan Sinanthropus pekinensis dengan genus yang berbeda dengan manusia modern. 


Referensi :

Buku "SEJARAH INDONESIA" Kelas X. KEMENTERIAM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 2014. halaman 18-32.

1 comment :

  1. Sorry! There is no intention of insulting the figure of the artist let alone subversive of the above title.
    taruhan judi togel sgp terpercaya

    ReplyDelete