Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Thursday 25 May 2017

TIPS "CARA MENGENDALIKAN HAWA NAFSU"

No comments
Assalamu'alaikum sobat sekalian, dipostingan saya sebelumnya saya telah berbagi mengenai "Tiga Sisi Nafsu" ... Nah jika ada diantara kalian yang bertanya-tanya gimana sih cara untuk mengendalikan nafsu??... untuk itu kali ini saya akan membagikan caranya ... semoga bermanfaat :)

TIPS "CARA MENGENDALIKAN HAWA NAFSU" 

 

Manusia menurut Al-Ghazâlî akan menganggap baik setiap kejelekan yang datang dari diri (nafsu)-nya  dan hampir-hampir tidak dapat melihat celanya, padahal nafsu tetap memusuhi dan membuat  madlarat. Tidak memakan waktu lama, nafsu itu tentu akan menjerumuskannya ke dalam keterbukaan aib dan kerusakan, sedangkan ia tidak merasa, kecuali jika Allah menjaganya dan menolongnya mengalahkan nafsu, dengan anugerah dan rahmat-Nya. 

Menurut Ghazâlî yang bisa menundukkan nafsu dan melunakkan kesenangan nafsu itu hanya tiga, yaitu:

1. Mencegah kesenangan nafsu. Karena, hewan tunggangan (kuda) yang nakal itu dapat melunak bila dikurangi makanannya.

2. Membebani nafsu dengan ibadah yang berat-berat. Karena, khimar itu bila ditambah muatannya dan dikurangi makanannya maka menjadi tunduk dan menurut.

3. Memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla.


Nah, bagaimana cara mengendalikan hawa nafsu, berikut kiat-kiatnya :

Kiat umum mengendalikan nafsu

1. Konsultasikan kepada dua “Dewan Pertimbangan Jiwa”, yaitu Agama Islam dan Akal Sehat sebelum melangkah

Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah berkata, “Tatkala seorang yang sudah baligh diuji dengan hawa nafsu, tidak seperti binatang (yang tidak diuji dengannya), dan setiap waktu ia menghadapi gejolak hawa nafsu, maka dianugerahkan kepadanya dua penentu keputusan, yaitu agama Islam dan akal sehat. Ia pun selalu diperintahkan untuk mengkonsultasikan gejolak hawa nafsu yang dihadapi kepada dua penentu keputusan tersebut dan tunduk kepada keduanya”.

Maksudnya:

Ulama sudah menjelaskan bahwa setiap kali seseorang menghadapi suatu masalah, sebelum mengambil langkah, ia tertuntut untuk muhasabah (intropeksi) diri, agar bisa memutuskan langkah yang tepat, yaitu langkah yang diridhai oleh Allah Ta’ala. Untuk bisa memutuskan langkah yang tepat, maka haruslah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada penentu keputusan yang asasi, yaitu syari’at Islam, ia harus menimbang keputusan yang akan diambilnya dengan tinjauan syari’at Islam, dan ia gunakan akal sehatnya agar bisa memahami syari’at Islam dengan baik, mengokohkan keimanannya, dan membantunya dalam mempertimbangkan maslahat dan mudharat yang ada.

Jika sebuah alternatif keputusan sesuai dengan syari’at Islam dan  akal sehatnya, maka diambillah keputusan tersebut, namun jika tidak, maka ditinggalkannya. Dan ketahuilah bahwa agama Islam pastilah selaras dengan akal  sehat (yaitu akal yang lurus dan sesuai dengan fitrah), keduanya tidaklah mungkin bertentangan.

2. Anda galau? Jauhilah apa yang paling disukai hawa nafsu Anda!
Sebagian Salafus Shalih berkata,

إذا أشكل عليك أمران لا تدري أيها أشد، فخالف أقربهما من هواك، فإن أقرب ما يكون الخطأ في متابعة الهوى

“Jika Anda bimbang menghadapi dua alternatif pilihan keputusan, Anda tidak tahu mana yang paling bahaya, maka tinggalkanlah sesuatu yang paling dekat/disukai hawa nafsumu, karena sikap yang terdekat dengan kesalahan itu ada pada mengikuti hawa nafsu”.

Maksudnya:

Tidak jarang dikarenakan minimnya ilmu syar’i yang dimiliki seseorang dan kelemahan akal sehatnya, maka di dalam memutuskan suatu perkara, ia menemui kesulitan.

Ia bingung ketika menghadapi dua alternatif pilihan keputusan, mana yang harus diambil, padahal, ia harus mengambil keputusan sekarang juga, tidak ada satupun orang ‘alim yang bisa dihubungi ketika itu. Maka sebagian salaf sudah memberikan resep mudah kepada kita, yaitu  tinggalkanlah sesuatu yang paling dekat dengan hawa nafsumu atau paling disukai hawa nafsumu! Dan pilihlah sebuah keputusan yang terjauh dari hawa nafsumu.

Mengapa demikian? Rahasianya terdapat dalam ucapan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah berikut ini, “Ketika sikap yang sering terjadi pada orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan amarah adalah tidak bisa berhenti sampai pada batas mengambil manfaat saja (darinya), karena itulah (banyak) disebutkan nafsu, syahwat, dan amarah dalam konteks yang tercela, karena dominannya bahaya yang ditimbulkannya (dan) jarang orang yang mampu bersikap tengah-tengah dalam hal itu (mengatur nafsu, syahwat, dan amarahnya- pent)”. 


Wallahu a’lam.

 
Sumber bacaan diakses pada 26 Mei 2017 : 

Imam Al-Ghazâlî, Minhaj al-'Abidin, Dar-al-Fikri, Beirut, tth, hlm. 15

http://hakamabbas.blogspot.co.id/2014/04/pengendalian-syahwat-menurutimam.html#sthash.rS0P21jM.dpuf

 https://muslim.or.id/24504-kiat-kiat-mengendalikan-hawa-nafsu.html

No comments :

Post a Comment