Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Wednesday, 28 March 2018

"HATI-HATI UJUB DIRI" ------> (SEASON 1)

No comments

 

 Assalamu'alaikum.. semangat pagi :)

Pagi yang manis, saking manisnya yang lagi bacapun terlihat manis hhihihihi .. (ciiyeeee sepertinya lagi senyam senyum sendiri nih ups..)

Udah ah, yuuks lanjut.. pembahasan pagi ini tentang Ujub diri.. topik ini terinsprasi dari salah satu status teman sekaligus kakak yang bisa di ajak diskusi tentang berbagai hal. Nah, karena statusnya sayapun tersinggung sendiri, Alhamdulillah ini merupakan suatu petunjuk dan hidayah agar mengingatkan saya pribadi  ketika berbuat sesuatu kebaikan, menasehati diri, agar tak selalu diungkit di sosial media yang kita miliki.



Ujub diri menurut pemahaman saya  adalah rasa berbangga diri, sombong, angkuh, merasa diri lebih baik dari orang lain, merasa lebih kuat, cantik, pintar de el el.. 

Ujub diri merupakan salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya, sadar tak sadar ujub diri bisa merasuki siapa saja, contoh sederhananya seperti saat kita membagikan status di salah satu media sosial yang kita miliki. 

Nah, meskipun itu sebuah status yang berisi kebaikan namun di takutkan ada sesuatu yang memicu ujub diri. Ujub diri itu muncul karena tidak dilandaskan dengan kehati-hatian diri, maka kita bisa saja akan merasa pintar atau merasa hebat serta merasa jauh lebih baik dari orang yang telah kita beri nasehat.

 Hmm... pembahasan seperti ini cukup berat yah, untuk lebih menambah wawasan kita, karena sebuah pengetahuan bisa menjadi ilmu jika kita mencari referensi yang mendukung, agar pembahasan pagi ini bukan hanya sekedar sebuah tulisan kusir.. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam beliau bersabda :

"Selagi seseorang membangga-banggakan dua lembah mantelnya dan  dia ujub terhadap dirinya sendiri, tiba-tiba Allah memutarbalikkan bumi karenanya, sehingga dia terguncang-guncang di atas bumi hingga Hari Kiamat." (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Beliau juga bersabda,

"Tiga perkara yang merusak, yaitu:  Kikir yang dituruti, nafsu yang diikuti dan ketaajuban seseorang terhadap diri sendiri ." (Diriwayatkan Al-Bazzar dan Abu Nu'aim).

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dia berkata :

"Kebiasaan itu terletak pada dua perkara, yaitu : Ujub dan putus asa. Dua hal ini dipertemukan, karena kebahagiaan tidak akan bisa diraih kecuali dengan mencari dan tekun. Orang yang putus asa tidak mau mencari. Sedangkan orang yang ujub mengira bahwa dia telah mendapatkan apa yang dikehendakinya, sehingga dia tidak mau berusaha lagi."

Mutharrif Rahimahullah berkata, " Aku lebih tidur malam lalu menyesal, daripada shalat malam hari lalu aku ujub."

Ketahuilah ujub itu bisa berubah menjadi takabur, karena ujub merupakan salah satu penyebab takabur, sehingga dari ujub inilah timbul takabur, lalu dari takabur timbul bencana yang banyak. Hal ini berlaku di hadapan manusia.

Jika di hadapan Khaliq, maka ujub terhadap berbagai amal ketaatan merupakan hasil dari anggapannya bahwa ketaatannya sudah hebat, bahwa dengan dengan amalnya dia menjadi pilihan Allah, sementara dia lupa bahwa nikmat yang diterimanya merupakan taufiq Allah, lalu dia menjadi buta terhadap bencana-bencana yang merusak amalnya. Orang yang tahu bencana ialah yang takut amalnya tidak diterima dan tidak merasa ujub.

Nah, coba tanyakan kepada diri kita sendiri apakah ada penyakit ujub dalam hati kita?? Jika iya, maka segera mintalah perlindungan dan obatnya dari Allah Ta'ala..

Berdoalah agar kita terhindar dari ujub diri.. dan berbagai penyakit hati seperti dengki, iri, hasat, sombong, angkuh, riya dan sebagainya.. Karena doa adalah senjata kita sebagai seorang muslim.

Jika tidak merasa bahwa memiliki penyakit ujub ini, maka tetaplah meminta pertolongan agar dihindarkan dari penyakit-penyakit hati yang sangat rentan terjangkit hati, sadar tidak sadar semua orang  akan dijangkitinya, jika kita tidak berhati-hati dalam melakukan berbagai hal.

Wallahua'lam..


Semoga bermanfaat..

Sumber bacaan :

Minhajul Qashidin : "Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk." Oleh : Ibnu Qudamah. Halaman :  291


No comments :

Post a Comment