Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Sunday 13 October 2019

CONTOH MAKALAH KEPEMIMPINAN

No comments
 Yuhui, bagi sobat yang sedang mencari contoh makalah karena tugas kuliah, yuk silahkan digunakan contoh ini dengan sebaik-baiknya yah.. semoga membantu, serta bermanfaat..


 Makalah Kepemimpinan

“Perkembangan Kabupaten Wakatobi dalam Kepemimpinan Ir. Hugua”


Oleh :

NAMA     : MEI WULANDARI
NIM         : -

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Kabupaten Wakatobi dalam Kepemimpinan Ir. Hugua”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Dasar-dasar Manajemen.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal menambah wawasan kita mengenai Kepemimpinan baik dalam kelompok maupun suatu organisasi.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada saya dan rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung agar terselesainya makalah ini.  

Penulis menyadari makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


Kendari,  22 Oktober 2015


Penulis,


Mei Wulandari


 
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR       
DAFTAR ISI     
  

BAB I    PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang       
1.2.    Rumusan Masalah       
1.3.    Manfaat Penulisan       

BAB II    PEMBAHASAN

2.1.    Sejarah Singkat Kabupaten Wakatobi       
2.2.    Sekilas Tentang Ir. Hugua       
2.3.    Gaya Kepemimpinan Ir. Hugua       
2.4.    Bukti Keberhasilan Kepemimpinan Ir. Hugua
       
2.5.    Pengadaan Sarana Dan Prasarana       
2.5.1.    Jalan Dan Jembatan       
2.5.2.    Bandar Udara       
2.5.3.    Dermaga       
2.5.4.    Perbankan       
2.5.5.    Pos Dan Telekomunikasi       

2.6.    Potensi Dan Investasi Di Bidang Perikanan       
2.6.1.    Kawasan Perikanan Dan Kelautan       
2.6.2.    Kawasan Perikanan Tangkap       
2.6.3.    Kawasan Budidaya Perikanan   
    
2.7.    Potensi Bidang Peternakan     
  
2.8.    Potensi Pariwisata     
2.8.1.    Pariwisata Alam       
2.8.2.    Pariwisata Budaya       
2.8.3.    Pariwisata Buatan
       
2.9.    Potensi Kehutanan       
2.10.    Potensi Perindustrian       
2.11.    Potensi Perkebunan       
2.12.    Cagar Biosphere       

BAB III    PENUTUP

3.1.    Kesimpulan       
3.2.    Saran  
    
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang 

Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan masa depan erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa ini. Bangsa ini masih membutuhkan pemimpin yang kuat di berbagai sektor kehidupan masyarakat, pemimpin yang berwawasan kebangsaaan dalam menghadapi permasalahan bangsa yang demikian kompleks. Ini selaras dengan kerangka ideal normatif sistem kepemimpinan nasional sebagai sebuah sistem dalam arti statik maupun arti dinamik. Dalam arti sistem yang bersifat statik, sistem kepemimpinan nasional adalah keseluruhan komponen bangsa secara hierarkial (state leadership, political and entrepreneural leadership and societal leadership) maupun pada tatanan komponen bangsa secara horizontal dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Sementara itu, dalam sistem yang bersifat dinamik, sistem kepemimpinan nasional adalah keseluruhan aktivitas kepemimpinan yang berporos dari dan komponen proses transformasi (interaksi moral, etika dan gaya kepemimpinan) dan akhirnya keluar dalam bentuk orientasi kepemimpinan yang berdimensi aman, damai, adil dan sejahtera.

Pemimpin dan kepemimpinan masa depan yang integratif harus memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebagai negarawan. Makna dari negarawan adalah seorang pemimpin yang diharapkan mampu mengubah kondisi saat ini melalui proses untuk menciptakan kondisi yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan dan mewujudkan cita-cita. Pemimpin akan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinan-nya dengan efektif, apabila ia diterima, dipercaya, didukung serta dapat diandalkan.
Saat ini kepemimpinan daerah di Kabupaten Wakatobi dijabat oleh pasangan bupati dan wakil bupati Ir. Hugua dan H. Arhawi, SE sejak dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, SE pada tanggal 28 Juni 2011 atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 132.74-403, tanggal 30 Mei 2011 tentang pengesahan pengangkatan Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Wakil Bupati Wakatobi H. Arhawi, SE untuk masa bhakti 2011-2016. 

1.2.    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.    Bagaimana gaya kepemimpinan Ir. Hugua ?

2.    Keberhasilan apa yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan Ir. Hugua ?

1.3.    Manfaat Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan dan keberhasilan yang dihasilkan oleh Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar – dasar Manajemen. 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Sejarah Singkat Kabupaten Wakatobi

Sebelum menjadi daerah otonom wilayah Kabupaten Wakatobi lebih dikenal sebagai Kepulauan Tukang Besi. Pada masa sebelum kemerdekaan Wakatobi berada di bawah kekuasaan Kesultanan Buton. Setelah Indonesia Merdeka dan Sulawesi Tenggara berdiri sendiri sebagai satu provinsi, wilayah Wakatobi hanya berstatus beberapa kecamatan dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Buton. Selanjutnya sejak tanggal 18 Desember 2003 Wakatobi  resmi ditetapkan sebagai salah satu kabupaten pemekaran di Sulawesi Tenggara yang terbentuk berdasarkan Undang – Undang  Nomor  29 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara. 

Kabupaten Wakatobi berada dalam gugusan pulau-pulaudi bagian tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara Pulau Buton. Wilayahnya berada pada posisi yang sangat strategis karena perairan lautnya dilalui oleh jalur pelayaran kawasan timur dan barat Indosnesia, berada pada kawasan yang sangat potensial yakni diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya keragaman hayati kelautan dan perikanan cukup besar, serta berada pada Pusat Kawasan segi tiga Karang Dunia (Coral Tri-angel Center) yang meliputi 6 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Philiphines, Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor Leste. Daerahnya merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau, terdiri atas 4 pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (yang disingkat menjadi WAKATOBI) dan 35 pulau-pulau kecil. Keempat pulau tersebut mudah terjangkau baik dalam regional Provinsi Sulawesi Tenggara, regional kawasan timur Indonesia, nasional maupun internasional.

Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km2, terdiri dari daratan seluas ± 823 km2. Dan laut seluas ± 18.377 km2 atau sebesar 97,00 persen dari total luas wilayah. Atas dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan dan kelautan serta sektor pariwisata berbasis wisata laut atau bahari menjadi sektor andalan daerah. Secara administratif, Wakatobi terbagi menjadi 8 kecamatan, dengan ibukota kabupaten berada di Wangi-Wangi. 

Saat pertama kali terbentuk Wakatobi hanya terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Wangi-Wangi, Kecamatan Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa, Kecamatan Tomia dan Kecamatan Binongko. Pada tahun 2005 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 19 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Kaledupa Selatan dan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 20 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Tomia Timur. Selanjutnya pada tahun 2007 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor  41 Tahun 2007 dibentuk Kecamatan Togo Binongko sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Wakatobi menjadi 8 kecamatan yang terbagi menjadi 100 desa dan kelurahan (25 kelurahan dan 75 desa).

Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Wakatobi sebagai daerah otonom secara resmi ditandai dengan pelantikan Syarifudin Safaa, SH, MM sebagai pejabat Bupati Wakatobi pada tanggal 19 Januari 2004 sampai dengan tanggal 19 Januari 2006. Kemudian dilanjutkan oleh H. LM. Mahufi Madra, SH, MH sebagai  pejabat bupati selanjutnya  sejak tanggal 19 Januari 2006 sampai dengan tanggal 28 Juni 2006.

Kemudian berdasarkan hasil pemilihan kepala daerah secara langsung maka pada tanggal 28 Juni 2006 Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi yang terpilih yaitu Ir. Hugua dan Ediarto Rusmin, BAE dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, SH atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.74-314 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan pengangkatan Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri  Nomor : 132.74-315 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan pengangkatan Wakil Bupati Wakatobi Ediarto Rusmin, BAE untuk masa bhakti 2006-2011.

Saat ini kepemimpinan daerah di Kabupaten Wakatobi dijabat oleh pasangan bupati dan wakil bupati Ir. Hugua dan H. Arhawi, SE sejak dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, SE pada tanggal 28 Juni 2011 atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 132.74-403, tanggal 30 Mei 2011 tentang pengesahan pengangkatan Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Wakil Bupati Wakatobi H. Arhawi, SE untuk masa bhakti 2011-2016.


2.2.    Sekilas Tentang Ir. Hugua

Ir. Hugua lahir di  Usuku Tomia pada tanggal 31 Desember 1961, ia mempunyai seorang istri bernama Ratna Sari dan tiga orang anak yaitu Ayu Berliner Hugua, Deden Sidney serta Aira Dublin Hugua. Saat ini, Ir.Hugua tinggal di Lingkungan Nianse kelurahan Pongo Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

Riwayat pendidikan Ir.Hugua yaitu SD Negeri Usuku Tomia, lalu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Tomia dan SMA Negeri 1 Bau-Bau. Setelah lulus ia ke Ibukota Kendari dan mengenyam pendidikannya di Universitas Halu Oleo pada Fakultas Pertanian. Pengalaman organisasi yang ia lalui di antaranya pernah menjadi Anggota Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian Unhalu (1982-1986), Koordinator Himpunan Mahasiswa Agronomi Pecinta Buku (HIPMAPBU) Sultra (1981-1987) serta pernah menjadi Ketua Departemen Kader HMI Cabang Kendari (1983-1986). Hugua juga aktif dalam organisasi Profesi/masa/Paguyuban/Keagamaan diantaranya :

1. Ketua DPD HILLSI (Himpunan Lembaga Latihan Swasta Indonesia) Provinsi Sulawesi Tenggara Periode 1994-1999

2. Ketua I DPD-HPP LSM ra (Himpunan Pendidikan Luar Sekolah Oleh Masyarakat) Provinsi Sulawesi Tenggara Periode 1994-1999

3.  Ketua Departemen Pengembangan Usaha KAHMI Provinsi Sulawesi Tenggara Periode 1999-2003

4.  Ketua Departemen Usaha Kecil dan Ekonomi Kerakyatan ICMI Provinsi Sulawesi Tenggara Periode 1999-2004

5.  Pengurus Organisasi Purna Caraka Muda Indonesia Periode 1989-1992

6.   Sekretaris Working Group ILO Periode 2001-2005

7.   Ketua Kerukunan Keluarga Tomia di Kendari Periode 2001-2004

8.   Ketua Pengurus Masjid Nurul Sholohin Kelurahan Kemaraya Kendari

Ir. Hugua menjadi Bupati Wakatobi pada periode pada periode 2006-2011 dan pada periode 2011-2016, beliau dipercaya kembali oleh masyarakat Wakatobi sebagai bupati bersama dengan H. Arhawi Ruda, SE sebagai Wakil Bupati.

2.3.    Gaya Kepemimpinan Ir. Hugua

Daerah yang terdiri dari 142 pulau mekar dari daerah induk, Kabupaten Buton pada Desember 2003. Akan tetapi, baru menyelenggarakan pemilihan kepala daerah langsung (Pilkada) pada 2006. Jadi Hugua adalah kepala daerah pertama di Wakatobi yang dipilih orang rakyat. Bukan hal yang gampang untuk mengenalkan Wakatobi di penjuru dunia. Bahkan di Indonesia saja, masih sangat sedikit yang mendengar nama Wakatobi. Banyak yang berpikiran daerah itu ada di Jepang. Padahal, daerah ini sangat terkenal dengan pemandangan bawah lautnya. Sebanyak 750 species koral (di dunia ada 850 species koral) adalah di tempat ini.

Melihat potensi ini, Hugua kemudian gencar melakukan promosi Wakatobi. Visi dan misi pembangunan dia letakkan pada sektor andalan, wisata, perikanan dan kelautan. Pertanian sama sekali tidak dilirik, karena di Wakatobi lahannya sangat tidak subur karena berasal dari batu kars. Tidak tanggung-tanggung, Hugua menjadikan Nadine sebagai duta wisata Wakatobi. Dia juga menghidupkan kembali festival Kabuenga yang dijadikan sebagai event tahunan. Untuk model pembangunan dan mengatasi banyak persoalan, dia menggunakan model mekanisme kolaborasi stakeholder yang dikembangkan bersama dengan Japan International Cooperatioan Agency (JIC) Capacity Development Project (CD Project). Mudahnya dia menerima inisiatif pihak luar karena dia lama bergerak di Lembaga Swadaya Masyarat (LSM) Sintesa.

Insinyur pertanian lulusan Universitas Halu Oleo Kendari ini, berkiprah sebagai pengusaha serta bergiat di bidang pelestarian lingkungan. Sebagai bupati ia juga dikenal sebagai aktivis dan ideolog yang berpengaruh di mata nasional dan internasional.

2.4.    Bukti Keberhasilan Kepemimpinan Ir.Hugua

Selama kepemimpinan Ir. Hugua periode 2006-2011 ia mendapat banyak penghargaan sebagai bukti keberhasilan kepemimpinannya. Diantaranya yaitu:

1.    Periodisasi 2005

-    Winner Project Aware Environmental Award oleh PADI

-    Editors, Choice 2005 oleh SCUBA DIVING

-    The Environmental Award oleh PATA (PACIFIC ASIA TRAVEL ASSOCIATION INDONESIA CHAPTER)

2.    Periodisasi 2006

-    Pemateri Pada Fkn Jogja (Seminar Budaya) oleh ASOSIASI FKN

3.    Periodisasi 2007

-    World’s Leading Green Resort oleh WORLD TRAVEL AWARDS

-    Indonesia’s Leading Resort oleh WORLD TRAVEL AWARDS

-    Asia’s  Leading Diving Resort oleh WORLD TRAVEL AWARDS

-  First Choice Responsible Tourism Award 2006 oleh THE TIMES,WORLD TRAVEL AWARDS,GEOGRAPHICAL MAGAZINE

-    Pemateri Seminar Internasional oleh DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

-    Juara I Lomba Tradisi Budaya oleh ATL

-    Lomba Foto Bawa Foto Bawah Laut oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

4.    Periodisasi 2008

-    SSI oleh SSI
-  Seminar Internsional Atraksi Tradisi Lisan 2008 oleh DEPARTEMEN PARIWISATA & LEMBAGA ATL JAKARTA

-  Juara Ii Musik Tradisional oleh DEPARTEMEN PARIWISATA & LEMBAGA ATL JAKARTA

-  Lomba Foto Bawah Laut Internasional oleh DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

-   Pemateri Seminar Internasional Pada Kegiatan Pameran Penyelaman Dunia (Dema Show 2008) oleh DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

5.    Periodisasi 2009

-    Juara I Musik Tradisional oleh GUBERNUR SULTRA

-    Juara I Tarian Daerah oleh GUBERNUR SULTRA

-    Juara Ii Pawai Budaya oleh GUBERNUR SULTRA

-    WWF oleh WWF AWARD

-    DKP oleh SAVE SEA NATIONAL PARK AWARD

-    Juara Stand Terbaik II oleh DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

-    Readers Choice Awards oleh OCEAN REALM SOCIETY

-    Citra Bhakti Abdi Negara oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara

6.    Periodisasi 2010

- Citra Pelayana Prima Tingkat Madya oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

-   MDGs Award oleh Bappenas;

-   Innovative Government Award oleh Departemen Dalam Negeri;

-   Toursm Award oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata;

-   Green City Award oleh Kementerian Lingkungan Hidup;

-   Penataan Ruang Berkelanjutan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

7.   Periodisasi 2011

-   Manggala Karya Kencana oleh BKKBN

8.   Periodisasi 2012

-   Penetapan Wakatobi sebagai Pusat Biosfer  Bumi oleh UNESCO

2.5.    Pengadaan Sarana dan Prasarana

2.5.1.    Jalan dan Jembatan


Salah satu aspek pembangunan yang menjadi perhatian utama di Kabupaten Wakatobi adalah pembangunan infrastruktur, khusunya jalan dan jembatan. Hal ini dikarenakan pembangunan infrastruktur memiliki peran sangat penting sebagai salah satu prasyarat bagi terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas dan untuk menunjang pembangunan perekonomian daerah.

Sesuai dengan karakter wilayah Kabupaten Wakatobi yang merupakan daerah kepulauan, maka pembangunan infrastruktur di Kabupaten Wakatobi pada dasarnya lebih diprioritaskan untuk membangun konektivitas yang dapat mengatasi kendala aksesibilitas dari dan ke luar wilayah maupun untuk kelancaran hubungan antar pulau dalam wilayah Kabupaten Wakatobi.

Capaian pembangunan infrastruktur daerah di Kabupaten Wakatobi selama beberapa tahun terakhir cukup positif. Di tengah keterbatasan anggaran yang ada Pemerintah mampu membangun berbagai komponen infrastruktur vital dan strategis yang dapat menjawab berbagai persoalan dan kendala mendasar yang selama ini dihadapi daerah dan masyarakat di Kabupaten Wakatobi.

Dalam kurun waktu tahun 2006-2011, berbagai kemajuan dan perubahan telah dicapai terutama dapat dilihat pada aspek pembangunan infrastruktur wilayah. Pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan membawa perbaikan kualitas pelayanan umum, mengatasi kendala aksesbiitas dan mendorong peluang investasi bagi kemajuan perekonomian daerah.

Persebaran hasil-hasil pembangunan infrastruktur urusan pekerjaan umum selama  tahun 2006-2011, terutama infrastruktur jalan aspal dan jalan perkerasan secara umum hampir merata di setiap pulau (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko).

2.5.2.    Bandar Udara
 

Komitmen Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam mengatasi kendala aksesibilitas dan mendorong peluang investasi bagi kemajuan perekonomian daerah, diwujudkan dengan pembangunan Bandara Matahora yang terletak di Pulau Wangi-Wangi pada tahun 2007. Bandara Matahora mulai beroperasi sejak tahun 2009, ditandai dengan penerbangan perdana Maskapai Susi Air dengan jenis Pesawat Cessna berkapasitas 12 seat, melayani rute perbangan Wakatobi-Kendari PP.

Seiring perkembangan pembangunan dan mobilitas masyarakat di Kabupaten Wakatobi keberadaan Bandara Matahora terus mengalami peningkatan. Baik dari kualitas pelayanan pada sisi terminal bandara maupun layanan penerbangannya. Selain maskapai Susi Air, juga terdapat beberapa maskapi yang pernah beroperasi di Bandara Matahora antara lain Express Air dan Merpati Air Lines.

Sampai dengan tahun 2012 Bandara Matahaora telah memiliki panjang landasan 2500 M dengan Runway 2000 M dan Uprond 103 x 73 M,  Bandara Matahora juga telah dilengkapi dengan terminal penumpang. Saat ini layanan penerbangan di Bandara Matahora dilayani oleh Maskapai Penerbangan Lion Air (Wings Air), terbang 5 kali seminggu yakni Senin, Rabu, Jum’at, sabtu dan Minggu.

Selain Bandara Matahora, di Kabupaten Wakatobi juga terdapat Bandara Maranggo di Pulau Tomia, yang dikelola oleh pihak swasta asing (Wakatobi Dive Resort), sebuah perusahaan yang bergerak dibidang kepariwisataan.

Sebagaimana visi daerah, yaitu “Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia”, dengan leading sektor Perikanan Kelautan dan Pariwisata, Kabupaten Wakatobi terus begerak membenahi infrastruktur di bidang perhubungan khususnya perhubungan udara.

Setelah sukses beroperasi Bandara Matahaora, pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Wakatobi tengah merintis pembangunan Bandara Mini Kaledupa yang terletak di Desa Sombano Kecamatan Kaledupa, keberadaan infrastruktur perhubungan udara ini semakin mempermudah akses bagi para wisatawan dan investor untuk masuk di Kabupaten Wakatobi. 

2.5.3.    Dermaga

Kabupaten Wakatobi yang terletak pada dua jalur pelayaran Internasional yaitu Laut Banda dan Laut Flores menempatkan Wakatobi sebagai daerah transit bagi pelayaran Nasional maupun Internasional baik ke wilayah Barat maupun Wilayah Timur Indonesia.

Sebagai daerah kepulauan Kabupaten Wakatobi yang dahulu lebih dikenal dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi memiliki potensi kelautan yang luar biasa. Keberadaan pelabuhan/dermaga di Kabupaten Wakatobi merupakan kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi guna menunjang arus transportasi penumpang dan barang antar pulau baik Regional, Nasional dan Internasional.

Pembangunan  infrastruktur urusan perhubungan di Kabupaten Wakatobi selama tahun 2006-2011 diarahkan pada pembangunan infrastruktur perhubungan darat, laut dan udara. Selama tahun 2006-2011 kegiatan pembangunan Infrastruktur perhubungan laut telah berhasil mengembangkan 12 dermaga dengan persebaran sebagai berikut: Kecamatan Wangi-Wangi 3 unit, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 2 unit, Kecamatan Kaledupa 2 unit, Kecamatan Kaledupa Selatan 2 unit, Kecamatan Tomia 1 unit, Kecamatan Tomia Timur 1 unit dan Kecamatan Binongko 1 unit. Berdasarkan data tersebut persebaran infrastruktur perhubungan laut di Kabupaten Wakatobi cukup merata di semua pulau dari Wangi-Wangi sampai Binongko. Ketersediaan 12 dermaga di Wakatobi telah mampu menggerakan ekonomi masyarakat, dan mempermudah mobilitas arus barang dan penumpang antar pulau. Bahkan Dermaga Pangulubelo yang terletak di Wangi-Wangi Ibukota Kabupaten Wakatobi telah rutin disinggahi Kapal Pelni yang melayani jalur pelayaran ke wilayah bagian barat dan bagian timur Indonesia. Selain itu Dermaga Pangulubelo juga digunakan untuk melayani rute pelayaran antar pulau dalam provinsi.

Di bidang perhubungan darat, Wakatobi juga telah dilayani jalur penyeberangan antara pulau (ASDP) dengan armada kapal ferry rute Wanci-Kamaru di Pulau Buton.

2.5.4.    Perbankan
 
Geliat pembangunan disuatu wilayah tidak terlepas dari dukungan lembaga keuangan (bank) untuk menjamin kelancaran perputaran roda perekonomian di suatu wilayah. Kabupaten Wakatobi sebagai salah satu daerah otonom baru telah didukung sektor perbankan yang cukup memadahi, di Wakatobi sampai dengan tahun 2013 tercatat 6 lembaga keuangan (bank) yang telah beroperasi yaitu:

1.    Bank BPD Sultra,
2.    Bank BRI,
3.    Bank BNI 46,
4.    Bank Banamon,
5.    Bank BPR Bahteramas, dan
6.    BMT Mukamalat

Hampir semua bank yang ada telah dilengkapi dengan fasilitas ATM dan Maney Changer. Bahkan BPD telah memperluas pelayanannya dengan membuka Kantor Kas Usuku di Pulau Tomia.

2.5.5.    Pos dan Telekomunikasi
 
Peran Pos dan Telekomunikasi dalam rangka penyenarluasan informasi bagi masyarakat memegang peran yang sangat vital, Kabupaten Wakatobi sebagai salah satau daerah otonom baru di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan karakteristik sebagai daerah kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko), dalam penyebarluasan informasi didukung oleh keberadaan 2 buah Kantor Pos dan Giro yaitu Kantor Pos dan Giro Wangi-Wangi (ibukota kabupaten) dan Kontor Pos dan Giro Binongko, Kabupaten Wakatobi juga memiliki stasiun televisi lokal Wakatobi TV (milik Pemkab) serta 2 operator telekomunikasi (PT.Telkom dan PT. Indosat).

Kehadiran 2 (dua) operator telekomunikasi tersebut sangat dirasakan manfaatnya dalam pecepatan akses informasi bagi masyarakat, bahkan jangkaun PT. Telkomsel telah menembus seluruh pelosok kepulauan Tukanng Besi (Wakatobi).

2.6.    Potensi dan Investasi di Bidang Perikanan

2.6.1.    Kawasan Perikanan dan Kelautan  

Perikanan dan kelautan merupakan sektor unggulan daerah Kabupaten Wakatobi, selain pariwisata.  Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan merupakan bagian dari visi pemerintah Kabupaten Wakatobi yang berbasis pada potensi sumberdaya wilayah kepulauan dan karakteristik wilayah serta tetap mengacu pada penetapan wilayah Kabupaten Wakatobi sebagai Taman Nasional Laut Kepulauan Wakatobi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN. 

Kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Wakatobi yang berpeluang untuk dikembangkan adalah budidaya keramba dan tambak. Peluang tersebut didukung oleh ketersediaan lahan yang tersebar di seluruh kecamatan. Oleh karena itu, dalam rentang lima tahun (2012-2016), pengembangan budidaya perikanan menjadi program prioritas. Secara umum, potensi kawasan pengembangan budidaya perikanan berada di sepanjang area pantai pesisir pulau yang meliputi Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia dan Tomia Timur. Komoditas budidaya perikanan unggulan Kabupaten Wakatobi salah satunya adalah rumput laut. Produksi rumput laut dengan luasan area lahan terbesar terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Selain rumput laut, pilot project Program Bajo berupa Rumah Budidaya yang dikembangkan oleh COREMAP II di Desa Mola Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Samabahari Kecamatan Kaledupa, dan lamanggau Kecamatan Tomia, telah berhasil dalam budidaya ikan kerapu, bobara, dan jenis ikan lainnya.

Untuk usaha pengembangan perikanan tangkap di laut, luas wilayah perairan laut Kabupaten Wakatobi mencapai sekitar 18.377 Km2. Jenis/species ikan yang terdapat di perairan lautnya tidak kurang dari 942 jenis ikan. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan teknologi alat tangkap maupun perahu yang digunakan oleh nelayan lokal. Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan sebagai leading sektor daerah, akan didukung dengan pengembangan infrastruktur perikanan, diantaranya ialah Tempat Pendaratan Ikan (TPI), Pelabuhan Perikanan Nusantara, Cold Storage, dan Kampung Nelayan. 

TPI direncanakan di Kecamatan Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Pelabuhan Perikanan Nusantara direncanakan di Pulau Binongko, sedangkanCold Storage direncanakan berada di setiap kecamatan.  

Dalam menunjang pemanfaatan dan pengendalian kegiatan sektor perikanan kelautan berdasarkan arahan pengelolaan wilayah dalam Zonasi Taman Nasional Wakatobi (Surat Keputusan Dirjen Hutan dan Konservasi Alam Nomor 149/IV-KK/2007), terdapat berbagai arahan kegiatan pengembangan budidaya perikanan dan kelautan sebagai berikut:

2.6.2.    Kawasan Perikanan Tangkap

Kawasan perikanan tangkap ialah kawasan yang diperuntukkan bagi  penangkapan ikan/perikanan dengan berbagai jenis ikan bernilai ekonomi tinggi seperti jenis ikan pelagis, ikan dasar, ikan sunu, teripang, dan gurita.  Kawasan pengembangan berupa perairan laut.  Kawasan perikanan di perairan laut yang menjadi kewenangan dari Pemda Kabupaten Wakatobi adalah 4 (empat) mil dari pantai yang masuk dalam zona pemanfaatan lokal dan pemanfaatan umum:

-   Pemanfaatan lokal (khusus masyarakat lokal), dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kesempatan (nelayan lokal) dalam memanfaatkan sumber potensi kekayaan laut yang ada dengan sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
 
-  Pemanfaatan umum, bersifat terbuka bagi masyarakat lokal dan luar. Kawasan ini seperti di perairan Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko dengan luasan zona pemanfaatan lokal (ZPL) sekitar 804.000 Ha dan zona pemanfaatan umum sekitar 495.700 Ha (ZPU).


2.6.3.    Kawasan Budidaya Perikanan 

Kawasan budidaya perikanan merupakan kawasan dengan kegiatan budidaya perikanan berupa keramba dan tambak.  Setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Wakatobi ialah wilayah potensial untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan.  Oleh karena itu, dalam rentang lima tahun (2012-2016), pengembangan budidaya perikanan menjadi program prioritas pemerintah daerah Kabupaten Wakatobi. 

Secara umum, kawasan pengembangan budidaya perikanan berada di sepanjang area pantai pesisir pulau.  Wilayah potensial untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan ialah Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia dan Tomia Tiumur.  

Budidaya perikanan yang sudah berkembang diusahakan oleh masyarakat adalah jenis Rumput Laut.  Produksi komoditi jenis Rumput Laut dengan luasan area lahan terbesar terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan.  Selain itu, pilot project Program Bajo berupa Rumah Budidaya yang dikembangkan oleh COREMAP II di Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Samabahari Kecamatan Kaledupa, dan Lamanggau Kecamatan Tomia, telah berhasil dalam budidaya ikan kerapu, bobara, dan jenis ikan lainnya.

2.7.    Potensi Bidang Peternakan

Populasi ternak terbanyak di Kabupaten Wakatobi ialah ayam buras yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, populasi sapi juga terus meningkat, dan sebaliknya populasi kambing justru cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011, populasi tercatat 858 ekor, kambing 6.712 ekor, ayam buras 22.948 ekor, ayam ras 2.554 ekor dan itik 4.948 ekor.

0 Sesuai dengan potensinya, maka rencana pengembangan peternakan diarahkan pada ternak kambing dan sapi dengan tetap mempertahankan populasi ternak lainnya. Peluang tersebut didukung oleh potensi lahan untuk pengembalaan ternak yang mencapai 1.759 ha, rencana wilayah pengembangan sektor peternakan adalah di Pulau Kaledupa dan Tomia. Selain intensifikasi, pengembangan peternakan juga di arahkan pada sisitem pertanian terpadu berbasis ekologi, yaitu mengintegrasikan peternakan ke dalam pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Dalam konteks ini, selain sapi dan kambing juga dapat dikembangkan ayam buras dan ras.

2.8.    Potensi Pariwisata

Sektor unggulan wilayah Kabupaten Wakatobi selain Perikanan dan kelautan ialah sektor pariwisata berbasis wisata alam atau bahari. Jenis kegiatan pariwisata yang dapat dikembangkan adalah pariwisata laut atau bahari berupa panorama pantai dan laut, potensi terumbu karang, ombak untuk olahraga air serta dinamika kehidupan nelayan, wisata alam (panorama pegunungan, goa-goa bawah tanah), wisata seni dan budaya dan wisata buatan lainnya.

Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari rencana yang telah disusun dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) dan rencana Zonasi Laut, yaitu:

2.8.1.    Pariwisata Alam

Terbagi atas pariwisata laut atau bahari dan pariwisata pegunungan atau daratan. Potensi pariwisata pantai dan panorama laut di prioritaskan pengembangannya di Pulau Wangi-Wangi, kaledupa, Tomia, dan Binongko. Untuk pengembangan kegiatan Ekowisata Terpadu, alokasi ruang pengembangannya di Pulau Tomia. Selain itu juga, kegiatan wisata alam tersebut dikembangkan dibeberapa wilayah, antara lain.

1. Kegiatan wisata laut atau bahari ( Panorama Laut, bawah laut dan pantai) dikembangkan di kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia Timur dan Togo Binongko.

2. Kegiatan wisata Pegunungan atau hutan (Panorama Perbukitan atau hutan, goa-goa alam, dan hutan bakau) dikembangkan di kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia Timur, Binongko, dan Togo Binongko.

2.8.2.    Pariwisata Budaya

Diantaranya adalah atraksi seni budaya tari, upacara adat, situs peninggalan sejarah (benteng, makam, mesjid tua, dan objek peninggalan sejarah lainnya), perkampungan tradisional serta seni kerajinan. Kegiatan wisata budaya tersebar di kecamatan Wangi-Wangi, Tomia Timur, Binongko, Togo Binongko.

2.8.3.    Pariwisata Buatan

Potensi objek wisata yang dirancang dan dibangun antara lain adalah pusat penelitian kelautan, pusat kebudayaan, museum, taman rekreasi, tempat olahraga da lainnya. Pengembangan kegiatan wisata buatan tersebar di wialayah kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, TomiaTimur, Binongko, dan Togo binongko. Konsep wisata yang dikembangkan adalah wisata bahari dan wisata alam dengan semangat “Back to Nature” dengan memperkuat visi Kabupaten Wakatobi yakni “Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia”. Dengan denimikan, pengelolaan kawasan wisata turut menjaga keseimbangan ekosistem darat dan laut.

2.9.    Potensi Kehutanan

Kawasan hutan produksi dan hutan adat atau rakyat di Kabupaten Wakatobi meliputi total areal seluas 9.249,70 ha atau 13,87 persen dari total kawasan budidaya dan 11,24% dari total luas daratan. Perkembangan infrastruktur pembangunan dan pertambahan penduduk cenderung berakibat pada penebangan kayu yang berlebihan dari hutan produksi dan hutan adat atau rakyat. Oleh karena itu, pengelolaan kedua kawasan ini diarahkan pada pembinaan masyarakat untuk melakukan tebang pilih dan rehabilitasi sehingga fungsi kemanfaatan sebagai sumber tambahan pendapatan masyarakat dan fungsi ekologi bisa berjalan harmonis. Kawasan ini juga akan diintegrasikan dengan pengembangan peternakan.

2.10.    Potensi Perindustrian 

Jenis kegiatan industri yang rencananya di kembangkan di Kabupaten Wakatobi adalah industrin kecil. Pengembangan kegiatan industri secara umum berbasis pada pemanfaatan sumber daya manusia (keahlian) stempat dan ketersediaan sumber bahan baku. Industri mikro (kerajinan besi) oelh penduduk diKecamtan Togo Binongko akan terus di bina dan dikembangkan. Sementara itu, mengingat produksi rumput laut yang cukup besar, maka industri pengolahan rumput laut menjadi prioritas dan direncanakan akan dibangun di Pulau Kaledupa dengan sumber bahan baku setempat dan pulau-pulau lainnya di Wakatobi serta wilayah sekitarnya seperti Bau-bau, Buton, dan Buton utara

2.11.    Potensi Perkebunan

Potensi pengembangan tanaman perkebunan mencapai luas 11.253,8 Ha atau 16,89 persen dari total luas kawasan budidaya dan 13,67 persen dari total luas daratan Wakatobi.  Luas areal tanaman perkebunan pada tahun 2010 mencapai 4.357,63 Ha, dari gambar berikut dapat dilihat bahwa masih terdapat areal potensi pengembangan seluas 6.896,17 Ha.

Tanaman perkebunan yang paling banyak dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Wakatobi ialah kelapa dalam, yaitu mencapai luas areal 3.496,52 Ha dengan produksi 1.278,47 ton, diikuti oleh jambu mete (730,20 Ha), kakao (60,50 Ha), kopi (49,10 Ha), dan lainnya (antara lain ialah pala) seluas 21,31 Ha. Sedangkan untuk tanaman buah-buahan, yang banyak dikembangkan oleh masyarakat ialah pisang, diikuti oleh jeruk, lainnya, sirsak, nangka, nenas, dan mangga.

Pengembangan tanaman kelapa memungkinkan di semua kecamatan Kabupaten Wakatobi dengan sentra pengembangan di Kecamatan Kaledupa dan Kaledupa Selatan, demikian pula dengan jambu mete.  Khusus tanaman pala (lainnya), saat ini hanya terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi dan Tomia. Komoditi pala potensial dikembangkan karena selain memiliki nilai ekonomis tinggi juga dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi.  Selain Wangi-Wangi dan Tomia, tanaman pala juga bisa dikembangkan di Kaledupa dan Kaledupa Selatan. Pengembangan tanaman perkebunan dan buah-buahan dapat diintegrasikan dengan ternak sapi dan kambing.

2.12.    Cagar Biosphere

Cagar Biosphere adalah bentuk pengakuan lembaga Dunia UNESCO terhadap kekayaan biodiversity dan keunikan kawasan yang tidak dimilki oleh daerah lain. Cagar Biosphere juga berguna untuk menjamin kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi daerah, dan tetap menjaga kelestarian sumber daya secara berkelanjutan.

Bilamana sebuah daerah dan negara yang telah mendapat pengakuan sebagai Cagar Biosphere Bumi, maka mutlak pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan gelar tersebut. Jika daerah dan negara tidak dapat mempertahankannya, maka gelar tersebut akan di cabut dan akan menjadi kerugian besar bagi daerah dan negara.

Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi mengusulkan Wakatobi untuk menjadi Cagar Biosphere Dunia berawal sejak tahun 2009. Usulan tersebut secara konkrit ditindak lanjuti kembali pada pertemuan Dresden tanggal 27 sampai dengan 28 Juni 2011. Dimana pada pertemuan tersebut Bupati Wakatobi Ir. Hugua dengan didampingi Prof. Dr. Ir. Y . Purwanto Direktur Program MAB Indonesia, LIPI telah sukses meyakinkan Secretary MAB Programme UNESCO, Mr. N. Ishwaran. Kemudian Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi diinformasikan untuk melengkapi dokumennya agar dapat dinominasikan menjadi Cagar Biosfir Bumi.

Selanjutnya pada tanggal 2 sampai dengan 4 April 2012, Pemerintah Kabupaten Wakatobi yang diwakili oleh Kepala Bappeda Kab. Wakatobi Ir. Abdul Manan, M.Sc mengikuti pertemuan Advisory Committee MAB di Kantor Pusat UNESCO Paris. Dalam pertemuan tersebut dinyatakan secara aklamasi bahwa Wakatobi telah lulus tanpa syarat sebagai Cagar Biosphere Bumi.

Kemudian pada tanggal 9 sampai dengan 15 Juli 2012, UNESCO menyelenggarakan pertemuan The Internationale Coordination Council of The Man and Biosphere (MAB) Program ke 24. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Kantor Pusat UNESCO Paris di Ruang XII (Fontenoy). Pertemuan itu dibuka langsung oleh Secretary MAB Program UNESCO Mr. N. Ishwaran, dan dipimpin Prof. Dr. Boshra B, Salem dari Mesir selaku Pimpinan The Internationale Coordination Council of The Man and Biosphere. Pada Pertemuan itu dihadiri oleh ratusan perwaklian negara-negara anggota UNESCO seluruh dunia.

Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mengevaluasi hasil akhir Deklarasi Madrid 2008 dan Deklarasi Dresden 2011 tentang masa depan Cagar Biosphere. Pertemuan ini juga lebih khusus menindak lanjuti Komitmen Rio + 20. Dimana salah satu hasil Komitmen Dresden German adalah masuknya beberapa nominasi Cagar Biosphere, salah satu nominasi tersebut adalah Wakatobi, dinominasikan untuk menjadi Cagar Biosphere Dunia mewakili Indonesia.

Pada hari pertama pertemuan The International Coordination Council of The Man and Biosphere (MAB) Program ke 24, para peserta membahas tentang issue – issue. Salah satu peserta dari Ghana mengusulkan dan mendesak UNESCO, untuk menjamin kesejahteraan rakyat lokal di sekitar Cagar Biosphere yang dapat menjamin kelestarian ekosisitim dengan memoblisasi dana secukupnya dari semua penjuru dunia.

Usulan yang sama juga disampaikan oleh Utusan Israel, dimana Israel menegaskan bahwa daerah Cagar Biosphere secara sadar atau tidak sadar telah menyanggah daerah tetangga, negara tetangga dan negara-negara di dunia, dalam hal ketersedian oksigen dan unsur-unsur hayati lainya. Oleh karena itu, maka semua kabupaten atau daerah Cagar Biosphere, sepatutnya mendapatkan dana memadai dari negara tempat Cagar Biosphere berada dan juga harus mendapatkan peningkatan jaminan dana yang memadai dari dunia International. Hal ini lah yang menjadi peran startegis UNESCO dalam memobilisasi sumber daya dunia secara memadai.

Dalam pertemuan sesi pertama tanggal 9 Juli 2012, Bupati Wakatobi Ir Hugua mewakili Indonesia, untuk menyampaikan pandangan tentang pentingnya MAB UNESCO yang melibatkan para pemimpin politik di daerah baik Bupati/Walikota dan DPRD, karena masa depan Cagar Biosphere sangat ditentukan oleh komitment politik dan komitmen program Pemerintah dan DPRD yang memegam mandat program dan kuasa anggaran.

Hal senada juga diperkuat oleh utusan Uni Eropa yang mengatakan bahwa kesuksesan Cagar Biosphere adalah bagaimana peran pemerintah lokal yang diperkuat oleh pemerintah nasional dan masyarakat Internasional (Buttom up).

Kemudian pada tanggal 11 Juli 2012 Bupati Wakatobi Ir. Hugua dengan didampingi oleh delegasi Indonesia menerima sertifikat Cagar Biosphere Bumi jam 12. 00 waktu Paris . Hal ini menandakan bahwa Wakatobi telah resmi menjadi Cagar Biosphere Bumi yang ke 8 di Indonesia. Sementara Cagar Biosphere Bumi ke 7 berada di Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau, yang diraih pada tahun 2009. Setelah menerima sertifikat Cagar Biospher Bumi, Bupati Wakatobi diberikan waktu 10 menit untuk menyampaikan pidato singkat di depan ratusan utusan negara-negara anggota UNESCO.

Selanjutnya Bupati Wakatobi kembali ke Wakatobi untuk mensosialisasikan Wakatobi sebagai Cagar Biosphere Bumi. Sosialisasi ini disampaikan kepada para pejabat eselon I, II, III, IV dan staff lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi dan para Muspida. Setelah itu, Bupati Wakatobi Ir Hugua berkunjung ke setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Wakatobi. (Wa Ode Hasbi).


BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah gaya kepemimpinan Ir.Hugua kepemimpinan yang menyelaraskan kesejahteraan masyarakat  melalui pembangunan dan pelestarian  lingkungan yang berwujud pada pembangunan berkelanjutan.

3.2.    Saran

Menurut saya gaya kepemimpinan Ir. Hugua sangat menginspirasi banyak orang dan sangat patut di tiru oleh pemimpin lain. Karena  Ia melakukan pembangunan tanpa mengekploitasi alam.


DAFTAR PUSTAKA


http://baltyra.com/2010/01/29/bukan-bupati-biasa
http://makalahjuliae.blogspot.com/
http://SULAWESI CHANNEL /Hugua,/Bukan/Bupati/Biasa.htm
http://beritabaru.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7465:wakatobi-kabupaten-baru-yang-sarat-prestasi&catid=62:nasional&Itemid=54
Manan.Abdul. 2013.Dokumen Kabupaten Wakatobi.Wangi-wangi.


SUMBER TUGAS MAKALAH :

MEI WULANDARI (MAHASISWI CANTIK ASAL UNIVERSITAS HALUOLEO)

Wallahu a'lam..

No comments :

Post a Comment