Ilmu adalah Pengetahuan tetapi Pengetahuan belum tentu menjadi ilmu

Saturday, 28 January 2023

Memahami Fatherless Country "Negara Tanpa Ayah", Indonesia Berada Diurutan Ketiga

No comments



Apa itu Fatherless Country ?

Fatherless adalah ketiadaan peran dan figur ayah dalam kehidupan seorang anak.

Hal ini terjadi pada anak-anak yatim atau anak-anak yang dalam kehidupan sehari- harinya tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya.

Nah, tahukah bahwa kini Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara yang termasuk dalam kategori fatherless country.

Fatherless country merupakan sebuah negeri yang ditandai keadaan atau gejala dari masyarakatnya berupa kecenderungan tidak adanya peran, dan keterlibatan figur ayah secara signifikan dan hangat dalam kehidupan sehari-hari seorang anak di rumah.

Menurut Menteri sosial Khofifah Parawansah 2017 silam, Indonesia berada di peringkat 3 dunia Fatherless Country.  

Krisis ayah ini disebabkan karena paradigma orang Indonesia yang beranggapan bahwa suami bertugas bekerja sedang ibu tugasnya menemani anak-anak.

Penyebab utamanya adalah budaya masa lalu yaitu patriarki dimana tugas rumah tangga dibagi atas asumsi perbedaan gendernya.

Ayah mencari nafkah dan ibu mengurus rumah dan anak.

Padahal terkadang ayah hanya memiliki waktu sebentar di rumah dibandingkan seorang ibu untuk mempunyai pengalaman berkualitas bersama anak.

Tak jarang kita dapati jika ada seorang suami yang membantu pekerjaan rumah, mencuci, mengepel, memasak bahkan mengasuh anak dianggap sesuatu yang terkesan aneh atau memalukan.

Dalam Islam peran ayah sangat penting dalam keluarga. Terutama dalam pola pengasuhan anak.

Ayahlah yang wajib menanamkan iman dalam diri anak-anaknya.

Sering pula kita jumpai dalam Al-qur'an.

Beberapa ayat-ayat dalam Al-qur'an bahkan menceritakan tentang figur kuat seorang ayah.

Surah Ali Imran, Surah Luqman, Kisah Nabi Yaqub bersama anaknya yaitu Nabi Yusuf, Kisah Nabi Ibrahim bersama anaknya Nabi Ismail dan bahkan ilmuan muslim dimasa kecilnya lekat dengan ayahnya.

Apa dampaknya ?

Kurangnya keterlibatan peran ayah dalam pengasuhan anak membuat anak-anak Indonesia menjadi father hungry/ “lapar pada sosok ayah”. Yaitu, kerusakan psikologis yang diderita anak-anak dikarenakan tidak mengenal ayahnya.

Kondisi father hungry ini dapat berakibat pada rendahnya harga diri anak, anak tumbuh dengan kondisi psikologis yang tidak matang (kekanak-kanakan/childish), tidak mandiri/ dependent, kesulitan menetapkan identitas seksual (cenderung feminin atau hypermasculin), kesulitan dalam belajar, kurang bisa mengambil keputusan/ tidak tegas, bagi anak perempuan tanpa model peran ayah setelah dewasa sulit menentukan pasangan yang tepat untuknya hingga dapat salah memilih pria yang layak/ salah pilih jodoh.

Secara fakta, sudah banyak yang membahas bahwa kekacauan rumah tangga lebih sering karena ayahnya yang “kacau”.

Ayah berperan penting dalam membantu anak mengenal dan bersosialisasi di dunia luar. Walaupun tidak sepenuhnya benar karena ayah yang memiliki prioritas akan keluarga ternyata memiliki cara pandang yang berbeda 180 derajat.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, Kaloeti, dan Karyono (2011) menghasilkan penelitian bahwa peran ayah di dalam pengasuhan anak memberikan gambaran yang cukup positif di berbagai aspek, baik waktu, perhatian, dan interaksi.

Tiga peran penting ayah yaitu: mencari nafkah (memenuhi kebutuhan keluarga) 62%, mendidik anak (memberi nasehat) 57%, melindungi keluarga dan memberi kasih sayang 41%, kepala keluarga 42% dan sebagai teladan 19%.

Yuk, ayah mari sama-sama menanamkan dan mendidik anak-anak bersama ibu, hentikan kebiasaan masa lalu, berjalanlah dengan ilmu.

Wallahua'lam..

Sumber baca :

Babelprov.co.ic
Publikasiilmiah.ums.ac.id
syncplanner.id
Foto by Dominika Roseclay (pexels.com)

No comments :

Post a Comment