PERAN EKSPOR THAILAND DALAM MENDORONG STABILITAS EKONOMI ASEAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
NUR FADILLAH
AS’AD AZHARI ISRULLAH
GITA MAULIDA
A. MUHAMMAD ABDILLAH M.
MAKASSAR, 29 OKTOBER 2019
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DEPARTMENT ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Pengaruh Ekspor Terhadap Penguatan Ekonomi .......................................... 3
B. Pengaruh Ekspor Terhadap Penguatan Ekonomi Negara Thailand ............... 5
C. Pengaruh Ekspor Thailand Dalam Mendorong Terciptanya Stabilitas
Ekonomi ASEAN ........................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Thailand berada di tengah semenanjung Indochina di Asia Tenggara yang berbatasan utara dengan Myanmar dan Laos, di sebelah timur oleh aos dan kamboja, di selatan Myanmar. Thailand memiliki total lahan seluas 513,120 km2 terdiri dari daratan seluas 510,890 km2 dan perairan seluas 2,230 km2. Thailand beribukota di Bangkok, yang juga terdiri dari 77 provinsi. Populasi Thailand diperkirakan sejumlah 67,091,,089 jiwa pada Juli 2012 menduduki peringkat ke 20. Dan negara Thailand merupakan salah satu negara pendiri ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), sebagai organisasi himpunan negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Dimulainya era globalisasi ekonomi yang terintegrasi antar negara-negara di dunia, mengakibatkan terciptanya persaingan ekonomi yang semakin kompetitif. Integrasi yang dilakukan oleh berbagai negara mengakibatkan seakan-akan kaburnya batas-batas antar negara, sehingga keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.Persaingan kekuatan di kawasan Asia Tenggara saat ini tidak hanya dalam bidang militer dan pertahanan, tetapi juga mencakup bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi.Persaingan semakin terasa setelah krisis finansial global terjadi tahun 2008, ketika pertumbuhan permintaan dagang dan aliran modal dari negara-negara maju yang selama ini menjadi mitra tradisional relatif melambat. Dalam bidang perdagangan, diversifikasi pasar menjadi pilihan rasional. Masing-masing negara memilihnya untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor, termasuk diantaranya adalah Indonesia dan Thailand.
Thailand menjadi mitra dalam berbagai negara dalam bidang ekspor. Thailand mengimpor produk-produk Indonesia sebesar 5,8 milyar dollar. Produk-produk yang diminati Thailand yakni: fuel lubricants, barang mentah dan setengah jadi, barang modal, kendaraan dan alat transportasi, serta barang konsumsi. Di sisi sebaliknya, Thailand masih menjadi negara eksportir terbesar ke-enam \dari dunia.Selain prouk-produk barang, Thailand merupakan pangsa pasar utama untuk produk-produk jasa di kawasan ASEAN. Thailand menjadi pasar terbesar ke-empat di kawasan ASEAN setelah Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Produk-produk jasa terutama yaitu: transportasi, perjalanan, dan layanan bisnis lain. Bahkan untuk komponen jasa transportasi, Thailand berada di posisi ke-dua terbesar di kawasan ASEAN.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka penulis mengangkat permasalahan yaitu:
a. Apa pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan dan penguatan ekonomi?
b. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap penguatan ekonomi negara Thailand?
c. Apakah ekspor Thailand itu bisa mendorong terciptanya stabilitas Ekonomi ASEAN?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan dan penguatan ekonomi.
b. Untuk memberikan informasi bagaimana pengaruh ekspor terhadap penguatan ekonomi negara Thailand.
c. Untuk memaparkan peran ekspor Thailand itu bisa mendorong terciptanya stabilitas Ekonomi ASEAN.
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. PENGARUH EKSPOR TERHADAP PENGUATAN EKONOMI
Menurut aliran merkantilisme, kegiatan ekspor dan impor dianggap sebagai alat alternatifutama dalam pertumbuhan ekonomi yang dipacu melalui peningkatan industri dalam negeri. Kaum merkantilis mengganggap bahwa ukuran kemakmuran suatu negara ditentukan oleh banyaknya jumlah emas dan logam mulia yang dimiliki negara tersebut. Untuk mencapai kemakmuran, maka suatu negara harus melakukan perdagangan dengan negara lainnya melalui perdagangan internasional. Merkantilis mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus melindungi perekonomian negaranya dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor sehingga negara mendapatkan surplus perdagangan (ekspor > impor).
Ekspor dan impor memiliki dampak positif dan negatif bagi suatu negara. Dampak positif ekspor adalah meningkatnya pangsa pasar negara, sedangkan dampak negatifnya adalah sebaliknya, yaitu negara kehilangan pangsa pasarnya yang selanjutnya berdampak bagi volume produksi dalam negeri dan pertumbuhan produk domestik bruto serta meningkatkan jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan. Menurut Jung dan Marshal (dalam Fountas, 1995) terdapat beberapa penghubung yang dapat memprediksikan mengapa pertumbuhan ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1. Perekonomian terbuka menyebabkan tereksposnya perekonomian kepada persaingan internasional sehingga struktur produksi dalam negeri harus menyesuaikan diri terhadap produksi yang lebih efisien.
2. Negara kecil memiliki akses ke pasar internasional sehingga mendapatkan keuntungan dari kenaikan return to scale.
3. Perluasan sektor ekspor menyebabkan eksternalitas positif terhadap keseluruhan perekonomian.
4. Pertumbuhan ekspor dapat meningkatkan devisa negara sehingga keuangan negara meningkat dan dapat digunakan untuk pembangunan negara, sehingga pertumbuhan ekspor dapat menaikkan permintaan domestik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Jung dan Marshal (dalam Halwani, 2005) menggolongkan hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi kedalam empat hubungan yang dapat diterima, yaitu:
Hipotesis pertumbuhan menyebabkan ekspor (internally generated export hypothesis/growth driven export hypothesis) muncul berdasarkan pemikiran dimana pertumbuhan ekonomi berimbas pada aliran perdagangan. Hal ini dapat menciptakan keunggulan komperatif di beberapa area tertentu yang akan mengarahkan kepada spesialisasi dan memfasilitasi ekspor. Hipotesis ini menyatakan bahwa syarat utama bagi negara dalam melakukan ekspor adalah menciptakan iklim yang dapat membawa terjadinya proses pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang berkesinambungan (self generating) melalui pembentukan dan perluasan pasar dalam negeri yang kokoh. Hipotesis ini memiliki dasar dimana pertumbuhan output negara akan menyebabkan pertumbuhan ekspor. Pada saat ekonomi tumbuh, maka beberapa industri akan menghadapi perubahan besar dalam hal teknologi dan inovasi yang berhubungan dengan kemampuan sumber daya manusia, dan transfer teknologi atau akumulasi modal yang meningkat dari masuknya modal asing. Hal ini akan meningkatkan output negara sehingga negara akan mengalami excess supply sehingga negara akan menjual produknya di pasar internasional (Lee dan Huang, 2002).
Peran ekspor untuk meningkatkan pertumbuhan (Export Promotion Hypothesis/export led-growth hyppthesis) potensial suatu negara memiliki peran penting dalam pertumbuhan, dimana strategi promosi ekspor dan pasar terbuka perlahan-lahan menggantikan strategi subsitusi impor untuk meningkatkan pertumbuhan. Perubahan dari subsitusi impor kepada promosi ekspor dan peningkatan keterbukaan pasar juga berimplikasi terhadap perubahan kebijakan industri dan perdagangan yang pada awalnya sangat dipengaruhi oleh pemerintah menjadi lebih liberal. Peningkatan dalam keterbukaan perdagangan juga akan mendorong kompetisi perusahaan untuk memproduksi produk untuk pasar internasional. Dilihat dari literatur teori pertumbuhan, ekspansi ekspor merupakan faktor kunci untuk meningkatkanpertumbuhan ekonomi, hal ini terjadi karena pertumbuhan ekspor memiliki efek perangsang terhadap kenaikan produktifitas melalui pengaruh positif terhadap formasi modal yang lebih tinggi, membantu menenangkan gejolak nilai tukar dan meningkatkan cadangan devisa. Ekspor akan mengakibatkan terjadinya kompetisi dengan negara lain yang mengharuskan mekanisme harga lebih efisien dimana pemakaian alokasi sumberdaya harus optimum, hal ini akan meningkatkan tekanan terhadap industri yang mengekspor barang untuk menjaga biaya yang digunakan agar relatif lebih rendah dan meningkatkan penggunaan teknologi, sehingga akan mendorong pertumbuhan (Lee dan Huang, 2002).
3. Pertumbuhan Mengurangi Ekspor
Hipotesis pertumbuhan akan mengurangi ekspor (growth decreasing export hypothesis) menyatakan bahwa selama kehidupan sosial dan budaya serta pranata sosial suatu negara terutama negara berkembang masih rapuh dan belum stabil, maka tidak mustahil bahwa pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan turunnya ekspor. Hal ini dapat terjadi apabila permintaan konsumen terkonsentrasikan terhadap barang yang diekspor dan barang yang tidak diperdagangkan dalam pasar internasional. Dalam kasus ini, peningkatan permintaan domestik akan meningkatkan output namun akan mengurangi ekspor, sehingga ekonomi akan tumbuh namun ekspor akan menurun.
Kaum pesimis menyatakan bahwa hipotesis ekspor sebagai mesin penggerak perekonomian (export led-growth hypothesis) hanya terjadi dalam jangka pendek, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Dalam jangka panjang, ekspor akan menyebabkan perekonomian di negara-negara sedang berkembang menjadi rentan terhadap fluktuasi perekonomian dunia.
Thailand merupakan negara industri baru di kawasan Asia Tenggara. Perekonomian Thailand bergantung pada ekspor produk industri yang menyumbang 2/3 dari total pendapatan nasional. Dengan infrastruktur yang memadai, kebijakan yang pro investasi, dan ekonomi terbuka; Thailand menjadi negara kuat dalam ekspor produk-produk industri dan pertanian. Produk-produk utama yakni elektronik, komoditas pertanian, otomotif, dan makanan olahan. Thailand menghadapi pelemahan pertumbuhan ekonomi dan penurunan ekspor di tahun 2014. Penyebab peristiwa ini yaitu kekacauan politik internal dan pelemahan permintaan global. Thailand sebagai negara yang nihil pengangguran menarik minat pekerja migran sebanyak 4 juta orang dari negara-negara tetangga yang bersedia dibayar rendah. Akibat peristiwa kudeta militer tahun 2014 juga menyebabkan penurunan pendapatan dari sektor pariwisata sebesar 6-7%, namun berangsur-angsur pulih. Selama tahun 2014, Thailand membukukan pendapatan nasional sebesar 366 milyar dollar dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 0.7%. Thailand termasuk negara dengan pendapatan menengah dunia dengan nilai 5,779 dollar/kapita. Sejak tahun 2012, pemerintah Thailand menaikkan upah minimum harian di tujuh provinsi percontohan sebesar 300 baht dan menaikkan upah minimum sebesar 40 persen di sisa 70 provinsi lainnya. Efek kebijakan ini menyebabkan terjadinya persaingan ketat pada kondisi pasar tenaga kerja dan penurunan daya saing produk industri Thailand.
Thailand adalah negara dengan infrastruktur yang berkembang dengan baik, memiliki perekonomian bebas, pro-kebijakan investasi, dan idustri ekspor yang kuat. Ekspor Thailand mencapai pertumbuhan yang stabil. Ekonomi Thailand sangat tergantung pada ekspor yang menyumbang 77,3 persen dari PDB (2011). Karena lokasi yang geostrategis dan fasilitas pelabuhan yang maju, volume ekspor barang Thailand yang besar melibatkan perdagangan dengan 45 persen dari ekspor adalah re-ekspor. Total Perdagangan eksternal Thailand pada tahun 2012 adalah sebesar US$ 477.11 miliar meningkat 5,77 persen dibandingkan tahun 2011. Mitra perdagangan terbesar Thailand adalah Jepang, Cina, Amerika Serikat, Malaysia, dan Indonesia. Total Ekspor tumbuh 3,12 persen menjadi US$ 229,52 miliar, dan total impor tumbuh 8,22 persen menjadi US$ 247,6 miliar pada tahun 2012. Ekspor utama Thailand ke dunia antara lain barang elektronik dan listrik, mobil, komponen dan aksesoris, komputer, batu berhharga dan perhiasan, produk olahan minyak bumi, dan karet.
Produk-produk yang menjadi pangsa utama Thailand di Indonesia yakni: produk manufaktur, produk agro-industri, produk pertanian dan industri pertanian, serta produk pertambangan dan bahan bakar. Selain produk-produk barang, Thailand merupakan pangsa pasar utama untuk produk-produk jasa di kawasan ASEAN. Thailand menjadi pasar terbesar ke-empat di kawasan ASEAN setelah Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Produk-produk jasa terutama yaitu: transportasi, perjalanan, dan layanan bisnis lain. Bahkan untuk komponen jasa transportasi, Thailand berada di posisi ke-dua terbesar di kawasan ASEAN. Perusahaan riset IMD World Competitiveness Centre yang berbasis di Swiss, Thailand maju lima tingkat, yaitu berada di posisi ke-25 sebagai negara dengan ekonomi kompetitif di dunia akibat dari peningkatan investasi asing langsung dan produktivitas yang tinggi.
C. PENGARUH EKSPOR THAILAND DALAM MENDORONG TERCIPTANYA STABILITAS EKONOMI ASEAN
Sebelum menganalisis bagaimana pengaruh ekspor Thailand dalam mendorong terciptanya stabilitas ekonomi ASEAN maka kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu ASEAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima Negara Anggota, yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Brunei Darussalam bergabung pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999. Berdasarkan data tahun 2006, kawasan ASEAN memiliki populasi sekitar 560 juta, luas 4,5 juta kilometer persegi, produk domestik bruto hampir US $ 1.100 miliar, dan total perdagangan sekitar US $ 1.400 miliar. Tujuan dari pembentukan ASEAN menurut deklarasi ASEAN menyatakan bahwa maksud dan tujuan dari Asosiasi adalah: (1) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan budaya di kawasan (2) untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan terhadap keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan antara negara-negara di kawasan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Berkaitan dengan tujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota, maka ASEAN melakukan kerjasama ekonomi.Kerjasama ekonomi ditujukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi dengan cara saling membuka perekonomian negara-negara anggota dalam menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Kerjasama ekonomi mencakup kerjasama-kerjasama di sektor perindustrian, perdagangan, dan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas di ASEAN (AFTA).Beberapa kerjasama ekonomi adalah kerjasama di sektor industri yang dilakukan melalui Kerjasama Industri ASEAN (ASEAN Industrial Cooperation /AICO);Kerjasama di sektor perdagangan dilakukan dengan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) melalui pemberlakuan Tarif Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff - CEPT) antara 5-10% atas dasar produk per produk, baik produk ekspor maupun impor guna menghilangkan kendala perdagangan di antara negara-negara ASEAN;Perdagangan Bebas dengan Mitra Wicara (Free Trade Agreement/FTA);Kerjasama di sektor jasa yang meliputi kerjasama di sektor transportasi dan telekomunikasi, pariwisata, dan keuangan;Kerjasama di sektor komoditi dan sumber daya alam;Kerjasama di sub-sektor pertanian dan kehutanan;Kerjasama di sektor energi dan mineral;Kerjasama di sektor usaha kecil dan menengah; danKerjasama dalam bidang pembangunan.
Saat ini dunia mengalami ketidak stabilan ekonomi akibat dari konflik perang dagang Amerika Serikat dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau Cina. Dinamika perekonomian di ASEAN saat ini bisa dianggap yang paling stabil dibandingkan dengan wilayah lainnya, dengan perolehan rata-rata 5%. Jika ASEAN diperhitungkan sebagai negara tunggal, kita akan menemukan beberapa hal penting yang menunjukkan ASEAN bisa menjadi raksasa dunia.
Pertama, ASEAN memiliki populasi penduduk yang cukup besar sebagai tujuan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan pasar. Total penduduk ASEAN mencapai 628,9 juta jiwa, atau sekitar 8,7% total penduduk dunia. Jika dikonfigurasi berdasarkan peringkat antarnegara, ASEAN menempati urutan ketiga jumlah penduduk terbesar di bawah Tiongkok dan India (ASEAN Secretariat, 2016).
Kedua, ASEAN memiliki kapasitas produk domestik bruto (PDB) yang cukup besar dan berada di peringkat keenam terbesar di dunia. Total PDB ASEAN pada 2015 mencapai USD2,43 triliun dan hanya kalah dari Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Jepang, Jerman, dan Britania Raya. Kontribusi PDB ASEAN terhadap total PDB dunia untuk sekarang ini mencapai 3,3% (World Bank, 2015).
Ketiga, kapasitas perdagangan barang di ASEAN merupakan yang tertinggi keempat di dunia. ASEAN Secretariat (2016) mencatat, total transaksi perdagangan di ASEAN mencapai USD2,27 triliun dan hanya kalah dari Tiongkok, AS, dan Jerman. Kontribusi perdagangan ASEAN terhadap total perdagangan dunia berada di kisaran 7,6%. Keempat, ASEAN berhasil menyerap total foreign direct investment (FDI) hingga USD120 miliar. Perolehan ini merupakan terbesar keempat dunia di bawah AS, Hong Kong, dan Tiongkok. Kontribusi FDI-nya mencapai 6,8% dari total FDI dunia (UNCTAD, 2016).
Jika kita melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi dan ekspor di negara-negara anggota ASEAN plus three pada beberapa dekade ini mulai menjadi perhatian bagi para ekonom dunia. Proporsi perekonomian dunia yang pada mulanya bertumpuk pada Amerika Serikat dan Uni Eropa perlahan mulai terbagi merata kepada negara-negara berkembang termasuk terhadap ASEAN. Pada tahun 2005, Uni Eropa dan Amerika Serikat merupakan penyumbang GDP terbesar bagi dunia dimana Uni Eropa memiliki share terhadap GDP dunia sebesar 30,18% dan Amerika Serikat sebesar 27,63 persen, sedangkan ASEAN plus three berada pada urutan ketiga dengan share sebesar 18,81persen. Namun perkembengan share GDP Amerika Serikat dan Uni Eropa terus mengalami penurunan setiap tahunnya, namun disisi lain share GDP ASEAN plus three terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2012 ASEAN plus three mampu mengalahkan Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam hal share-nya terhadap GDP dunia.
Hasil data ekonomi terbaru dari Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW): South-East Asia menemukan, pertumbuhan ASEAN pada tahun 2018 diperkirakan stabil mencapai 5 persen.Pertumbuhan ekonomi yang stabil di wilayah ASEAN berdasarkan data ICAEW ini menurut analisis mereka didukung dengan peningkatan investasi sektor swasta dan permintaan domestik. Belakangan, perusahaan di wilayah ini memang giat mendorong produksi dan investasi guna mengakomodasi permintaan eksternal yang terus meningkat.
Salah satu negara yang menyumbang kontibusi dan peran dalam mendorong kestabilan ekonomi di ASEAN adalah negara Thailand.Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa Thailand menjadi negara kuat dalam ekspor produk-produk industri dan pertanian. Ekonomi Thailand sangat tergantung pada ekspor yang menyumbang 77,3 persen dari PDB (2011).Thailand termasuk negara dengan pendapatan menengah dunia dengan nilai 5,779 dollar/kapita. Ekspor Thailand mencapai pertumbuhan yang stabil. Karena lokasi yang geostrategis dan fasilitas pelabuhan yang maju, volume ekspor barang Thailand yang besar melibatkan perdagangan dengan 45 persen dari ekspor adalah re-ekspor. Total Perdagangan eksternal Thailand pada tahun 2012 adalah sebesar US$ 477.11 miliar meningkat 5,77 persen dibandingkan tahun 2011.
Sepuluh negara tujuan ekspor utama Thailand yang merupakan 62,68% dari totalekspor Thailand periode Januari-Juni 2013 ke Dunia adalah : RR China, Jepang,
Amerika Serikat, Hongkong, Malaysia, Indonesia, Singapura, Australia, Vietnam, dan India . Ekspor ke kawasan Uni Eropa (27 Negara) mencapai US$ 11,04 miliar, atau 9,75% dari total ekspor Thailand pada periode Januari-Juni 2013, dan mencatat pertumbuhan sebesar 0,89% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Sementara, ekspor ke kawasan ASEAN (9 Negara) pada periode Januari-Juni 2013 sebesar US$ 29,78 miliar, atau 26,28% dari total ekspor Thailand, dan meningkat sebesar 4,11% dibanding periode yang sama tahun 2012. Indonesia, merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-6 bagi Thailand, dan pangsa pasarnya 5,40% pada periode ini.Thailand menjadi pasar terbesar ke-empat di kawasan ASEAN setelah Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Perusahaan riset IMD World Competitiveness Centre yang berbasis di Swiss, Thailand maju lima tingkat, yaitu berada di posisi ke-25 sebagai negara dengan ekonomi kompetitif di dunia akibat dari peningkatan investasi asing langsung dan produktivitas yang tinggi.
Selain prestasi tersebut diatas, Thailand menjadi mitra dalam berbagai negara dalam bidang ekspor, bahkan Thailand masih menjadi negara eksportir terbesar ke-enam dari dunia. Negara tujuan ekspor Thailand adalah ASEAN, Cina, Jepang, Amerika Serikat, dan Hongkong. Sebagai pendukung perdagangan bebas, saat ini Thailand telah memiliki 5 Free Trade Agreement (FTA) Bilatera dan 6 FTA regional. FTA bilateral Thailand antara lain Thailand-Peru, Thailand-Selandia Baru, Thailand-Australia, Thailand-India, dan Jepang-Thailand. FTA regional Thailand antara lain ASEAN-Australia-Selandia Baru, ASEAN-Cina, ASEAN-India, ASEAN-Jepang, ASEAN-Korea, dan BIMSTEC.
Melihat bagaimanapeningkatan aktivitas ekspor dan kotribusi negara Thailand tersebut dalam kerjasama ekonomi baik secara bilateral maupun multilateral maka kita dapat mengetahui dan menarik kesimpulan bahwa Thailand menyumbang konstribusi yang cukup besar dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan perekonomian ASEAN.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diplomasi ekonomi dapat menjadi salah satu instrumen efektif untuk mengapitalisasi hubungan dipomatik, sehingga menjadi faktor pendorong dalam peningkatan ekspor ke negara-negara sahabat. Thailand adalah salah satu diantara banyak negara, yang secara serius mengintensifkan pendekatan diplomasi ekonomi, dalam lingkungan global saat ini. Thailand konsisten menggunakan strategi bilateral free trade agreement untuk memperluas akses pasar produk ekspor andalannya. Kolaborasi antara pemerintah dan swasta juga menjadi faktor penting dalam pelaksanaan diplomasi ekonomi Thailand. Hal ini diwujudkan antara lain dalam kegiatan misi dagang dan promosi. Thailand menjadi mitra dalam berbagai negara dalam bidang ekspor. Thailand mengimpor produk-produk Indonesia sebesar 5,8 milyar dollar.Thailand merupakan negara industri baru di kawasan Asia Tenggara. Perekonomian Thailand bergantung pada ekspor produk industriThailand juga menjadi negara kuat dalam ekspor produk-produk industri dan pertanian serta Produk-produk utama yakni elektronik, komoditas pertanian, otomotif, dan makanan olahan.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, A. 2014. ‘Diplomasi Ekonomi Thailand’..Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 17, Nomor 3, hlm. 254-271
Hadi U., Prajogo & Mardianto S. 2004. ‘Analisis Komparasi Daya Saing Produk Ekspor Pertanian Antar Negara Asean: Dalam Era Perdagangan Bebas Afta’. Jurnal agro ekonomi, vol. 22 no.1, hlm. 46-73
Kementerian Perdagangan. ‘Market Brief Perdagangan Perbatasan Thailand’. hlm.5.
Haryati, Sindy Novita. ‘Analisis Kausalitas Antara Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN Plus Three’. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.2 No.6. hlm.336.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Diakses dalam laman web:
https://kemlu.go.id/portal/id/read/122/halaman_list_lainnya/tentang-asean. Pada 30 Oktober 2019 pukul 10.30.
Laporan Atdag Bangkok, Thailand, Juni 2013. Perkembangan Perdagangan Indonesia-Thailand Periode : Januari-Juni 2013.
Tama, Widya Agus. Diakses dalam laman web : https://feb.ub.ac.id/id/peran-asean-pada-ekonomi-dunia.html. Pada 30 Oktober 2019 pukul 11.00.
SUMBER TUGAS :
NUR FADILLAH
SUMBER GAMBAR : freepik.com
Wallahu a'lam.
No comments :
Post a Comment